Dr. Sarbini Abdul Murad: Indonesia Jangan Jadi Kelinci Percobaan Vaksin TBC

Jakarta, Rasilnews – Relawan Kemanusiaan dr. Sarbini Abdul Murad, menyuarakan keprihatinan atas rencana Indonesia menjadi lokasi uji coba vaksin tuberkulosis (TBC) terbaru yang diproduksi oleh lembaga milik filantropis dan pengusaha asal Amerika Serikat, Bill Gates. Ia mengingatkan pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam menerima tawaran kerja sama semacam ini.

“Kenapa secepat itu Pak Presiden langsung mengiyakan dan memberikan izin? Kita belum tahu jelas proposalnya, dampaknya, dan konsekuensi ke depan,” kata dr. Sarbini dalam Dialog Topik Berita Radio Silaturahim, Kamis (08/05/25).

Menurutnya, meskipun Bill Gates dikenal aktif dalam kegiatan filantropi, termasuk pelunasan utang beberapa negara Afrika untuk mendukung pembelian vaksin, pendekatan semacam ini tetap harus dikritisi. “Ujung-ujungnya tetap bisnis. Kita tidak bisa semata-mata percaya begitu saja, apalagi kalau menyangkut kesehatan rakyat,” tambahnya.

Meski saat ini Indonesia menempati posisi kedua dengan jumlah kasus TBC terbanyak di dunia, setelah India, dokter Sarbini menilai jangan menjadikan Indonesia sebagai target utama uji coba vaksin. “Dulu kita nomor tiga setelah China, sekarang naik ke nomor dua. Tapi kenapa bukan negara lain yang dijadikan lokasi uji coba?” ujarnya mempertanyakan.

Ia juga menyebut bahwa sejak 2009, Indonesia telah menerima sekitar 159 juta dolar AS dari lembaga internasional untuk program kesehatan, termasuk vaksinasi. Menurutnya, hal ini menimbulkan kekhawatiran akan adanya ketergantungan atau kedekatan emosional yang bisa memengaruhi pengambilan keputusan strategis negara.

Dalam kesempatan tersebut, dr. Sarbini turut mengingatkan sejarah panjang Indonesia terkait uji coba penelitian asing, seperti keberadaan Namru (Naval Medical Research Unit) yang sempat dibubarkan karena kontroversi. “Jangan sampai kita kembali jadi negara uji coba secara biologis, seperti kasus Namru dulu. Efek jangka panjangnya bisa membahayakan,” katanya.

Meski demikian, ia mengapresiasi peran Bio Farma sebagai produsen vaksin BCG yang telah digunakan secara global dan menyumbang 70% kebutuhan vaksin dunia. Namun, ia menekankan bahwa solusi penanggulangan TBC seharusnya tidak hanya mengandalkan vaksin, melainkan juga melalui pendekatan preventif.

“Sejak saya lahir, TBC sudah ada di Indonesia dan belum pernah benar-benar hilang. Ini bukti bahwa upaya kuratif saja tidak cukup. Pemerintah harus memperkuat edukasi dan pencegahan melalui institusi kesehatan dari pusat hingga daerah,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *