Senin, 21 Dzulqaidah 1446 H/ 19 Mei 2025
Oleh: Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation
Dalam beberapa hari ini mata dunia tertuju ke Timur Tengah, khususnya Saudi, Qatar, dan Emirate. Kali ini bukan karena sebuah isu kekerasan, peperangan dan penghancuran. Tapi dikarenakan kunjungan Presiden Amerika Serikat, Donald J Trump ke ketiga negara itu. Selain dibersamai oleh delegasi resmi pemerintanannya, Donald Trump juga dibersamai oleh rombongan pimpinan Perusahaan-Perushaan besar Amerika.
Saya tidak terlalu tertarik membahas keberhasilan Donald Trump membujuk Pangeran Saudi Arabia, Muhammad bin Salman, untuk berinvestasi sebesar 1 Trilyun ke Amerika. Saudi Arabia dengan lapang dada memberikan $600 Milyar pada tahap awal. Yang dalam sambutannya Pangeran MBS menyebutkan akan memenuhi target 1 T itu. Dalam bahasa kedua ini adalah kesepakatan investasi terbesar dalam sejarah kedua negara. Namun yang paling menarik dari kunjungan ini bagi saya adalah kenyataan bahwa kunjungan Donald Trump ini akan merubah wajah Timur Tengah dari wajah suram dan seram menjadi wajah bersinar dan menawan di masa depan.
Minimal ada empat catatan penting yang ingin saya garis bawahi dalam kaitan dengan kunjungan Donald Trump ke Timur Tengah ini. Pertama, perihal Palestina-Israel. Kunjungan seorang Presiden Amerika ke Timur Tengah tanpa menyinggahi Israel adalah “slapping on the face” terhadap negara zionis itu. Hal itu diperkuat lagi pembebasan seorang warga negara Amerika yang ditahan Hamas tanpa melibatkan Israel dalam proses. Tapi yang lebih penting adalah pengakuan Trump dalam pidatonya di hadapan Bisnis Forum Riyadh bahwa warga Gaza telah sangat menderita. Dan karenanya harus diakhiri dan segera harus diselesaikan. Memang dalam pidato itu Trump membujuk Pangeran MBS untuk ikut di Abrahamic Accord atau persetujuan membangun hubungan diplomasi dengan Israel. Tapi kita ketahui bahwa posisi Saudi Arabia cukup solid yang mempersyaratkan bahwa hal itu “hanya” akan terjadi dengan kemerdekaan Palestina. Karenanya jika memang Trump ingin Saudi mengaku Israel maka Amerika harus segera mengakui Palestina sebagai negara Merdeka.
Kedua, hubungan dengan Iran. Dalam pidatonya Trump juga menyinggung banyak tentang Iran. Iran selama ini dianggap ancaman bagi banyak kalangan di kawasan. Namun yang menarik adalah tanpa basa basi Donald Trump secara terbuka menyatakan ingin melakukan kerjasama dengan Iran. Dan hal ini dinyatakan di depan pemimpin negara-negara teluk yang banyak mengkhawatirkan pengaruh Iran di kawasan. Nampaknya mereka tidak menolak itu karena Trump dengan tegas mengatakan tidak akan memberikan kesempatan kepada Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Hal yang ditakuti oleh Israel dan negara-negara tetangga lainnya. Jika Amerika berhasil membangun relasi dengan Iran atas dasar “mutual interests”, saya yakin negara-negara kawasan Timur Tengah akan semakin tenang, damai, maju, makmur dan kuat.
Ketiga, penghentian boikot untuk Suriah. Salah satu hal yang barangkali menjadikan kunjungan ini signifikan adalah keputusan dan pengumuman Donald Trump jika dia menghentikan sanksi terhadap Suriah. Lebih dari itu bahkan di selah-selah acara business forum di Riyadh Donald Trump telah melakuan pertemuan dengan pemimpin Suriah. Penghentian kendali terhadap Suriah dan terjalinnya kembali hubungan yang baik antara Suriah dan Amerika memilki makna penting tersendiri. Selain karena pemimpin Suriah kali ini, Ahmad Al-Sharaa, memiliki latar belakang yang biasanya Amerika di black list. Dengan diterimanya beliau oleh Presiden Amerika menandakan bahwa label-label palsu kepada sebagian pejuang tidak lagi efektif untuk meredam perjuangan umat.
Keempat, Timur Tengah dan dunia tanpa intervensi Amerika. Saya jujur mengakui bahwa pada aspek ini saya kagum dengan Donald Trump. Kagum pada aspek ini adalah mengakui kehebatan dan potensi yang ada pada bangsa lain. Salah satunya apa yang dia sebut dengan “Miracle Middle East Way”. Karenanya dia berjanji untuk tidak lagi melakukan intervensi-intervensi dalam proses membangun negara-negar lain. Yang akan dia dilakukan adalah membangun kerjasama dengan semua pihak dalam membangun dunia yang lebih aman, damai, dan makmur. Pada sisi ini nampaknya, sadar atau tidak, Trump mulai mengakui bahwa dunia Islam memiliki kekuatan yang tidak boleh dipandang remeh. Apalagi negara-negara Islam Timur Tengah yang masih memiliki kendali politik dan sumber kekayaan yang luar biasa. Lima negara ini: Saudi, Iran, Turki, Emirate dan Qatar, menjadi kunci kestabilan dunia, termasuk di bidang keamanan dan militer.
Dengan fenomena baru ini sebenarnya dunia Islam bisa memainkan peranan yang signifikan dalam Perdamaian dunia. Saudi dan Qatar memilik hubungan yang baik dengan kedua negara besar lainnya; China dan Rusia. Sehingga hubungan baik segi tiga; Amerika (Eropa Barat), Timur Tengah, dan China-Rusia, akan menjadikan dunai semakin aman, stabil, maju dan makmur. Pertanyaannya, kira-kira di mana Indonesia akan memposisikan diri dan akan memainkan peranan apa dalam konstalasi dunia global saat ini?
Wallahu ‘alam bishshawab