Dokter Sarbini Abdul Murad Memandang Penanganan TBC Belum Sempurna, Butuh Pendekatan Menyeluruh

Jakarta, Rasilnews — Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia, meski berbagai upaya sudah dilakukan. Namun, bagi dokter Ben – sapaan akrab – ,relawan kemanusiaan dan tenaga medis menyatakan bahwa penanggulangan TBC di Indonesia masih jauh dari sempurna.

Dalam Dialog Topik Berita Radio Silaturahim pada Kamis (22/05/25), dokter Ben mengungkapkan bagaimana penanganan TBC yang ada masih menghadapi banyak tantangan.

“Lihat saja, meski kita sudah punya pengobatan untuk TBC, masalahnya tetap ada. Kita terlalu fokus pada pengobatan, pada aspek kuratif—yaitu mengobati orang yang sudah sakit. Padahal, itu saja tidak cukup,” ujarnya dengan tegas.

Dokter Sarbini menilai bahwa penekanan pada pengobatan memang penting, tetapi tanpa ada upaya preventif dan edukasi yang cukup kepada masyarakat, penyakit ini sulit diberantas. “Masyarakat banyak yang tidak tahu bahwa TBC itu bukan flu biasa. Mereka pikir, batuk sedikit, minum obat, lalu sembuh. Padahal, pengobatan TBC itu harus dijalani sampai tuntas, bisa enam bulan lebih,” ujar dr. Sarbini.

Menurutnya, aspek promotif, yaitu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana mencegah TBC dan pentingnya mengikuti pengobatan dengan benar, harus menjadi bagian utama dalam penanggulangan penyakit ini.

“Kalau kita hanya fokus ke pengobatan, tanpa memberi pemahaman ke masyarakat tentang bahaya TBC, mereka tidak akan mengerti betapa seriusnya penyakit ini. Ini yang sering menjadi masalah besar,” tambahnya.

Selain itu, dr. Sarbini juga menyoroti pentingnya rehabilitatif atau pemulihan bagi pasien yang sudah sembuh dari TBC. Pasien tidak hanya membutuhkan pengobatan, tetapi juga dukungan agar bisa kembali ke kehidupan normal tanpa stigma sosial yang melekat.

“Setelah pengobatan selesai, banyak pasien yang masih merasa diasingkan. Ada yang merasa tidak diterima oleh masyarakat. Itu juga perlu perhatian, bukan hanya fisik, tapi juga pemulihan mental dan sosial mereka,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa Indonesia membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif dalam penanggulangan TBC, yang mencakup edukasi masyarakat, pengobatan yang tepat, dan pemulihan bagi pasien. “Semua aspek itu harus berjalan bersama. Kalau hanya mengandalkan satu, kita tidak akan pernah bisa benar-benar mengatasi masalah TBC ini,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *