Jakarta, Rasilnews – Pemerhati bangsa Tony Rosyid menilai perombakan kabinet (reshuffle) yang dilakukan Presiden Joko Widodo bukan sekadar evaluasi kinerja, melainkan sarat dengan kepentingan politik. Ia menyebut, dinamika politik belakangan ini menunjukkan adanya pertarungan kepentingan antara Istana dan Solo.
“Reshuffle ini memang ditunggu publik. Ada atau tidak ada kerusuhan, reshuffle akan tetap terjadi. Hanya saja, momentum kerusuhan membuat langkah itu terasa lebih tepat,” ujar Tony Rosyid dalam Dialog Topik Berita radio Silaturahim, (10/09/25).
Menurutnya, sejumlah nama yang digeser dari kabinet dikenal dekat dengan lingkaran Solo. Di antaranya Budi Ari, Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo, serta politikus PKB Abdul Kadir Karding. Tony menilai, khusus Karding justru lebih merepresentasikan Solo dibanding PKB, meski secara formal berasal dari partai tersebut.
Tony menegaskan bahwa reshuffle di Indonesia umumnya masih sebatas “reshuffle politik.” Artinya, lebih fokus pada konsolidasi kekuasaan, menjaga loyalitas, dan menyingkirkan pihak yang berpotensi menjadi ancaman. “Hal itu sah-sah saja, tapi jangan sampai rakyat hanya jadi penonton. Soliditas kekuasaan hanyalah instrumen, bukan tujuan. Tujuan utamanya adalah kebijakan yang berpihak kepada rakyat,” jelasnya.
Ia juga menyoroti perombakan yang terkesan mendadak, seperti pencopotan Menpora Dito dan Kepala BIN Budi Gunawan tanpa adanya pengganti. Menurutnya, langkah ini lebih mirip pemecatan ketimbang reshuffle murni. “Kalau reshuffle murni, biasanya sudah disiapkan penggantinya. Ini menunjukkan ada dinamika tersendiri di balik layar,” tambahnya.
Tony memprediksi perombakan kabinet belum berhenti. Beberapa kementerian strategis seperti BUMN, Perikanan, Kehutanan, hingga Dalam Negeri disebut berpotensi terkena reshuffle berikutnya. “Semua masih menunggu momentum, apakah karena faktor KPK, kerusuhan, atau situasi politik lainnya,” tutupnya.