Buya Yahya: Umat Islam Harus Cerdas Menghadapi Banjir Teknologi di Era AI

Jakarta, RasilNews – Pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah, Buya Yahya, menyampaikan pesan penting dalam Seminar Internasional bertema “Masyarakat Indonesia dan Kecerdasan Buatan (AI)” yang digelar di Majelis Markaz Syariah Petamburan, Jakarta Pusat, Rabu (09/07/25). Menanggapi materi yang disampaikan Al-Allamah Prof. Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun, Rektor Al Ahqaf University Hadramaut, Buya menekankan bahwa umat Islam harus cerdas menyikapi derasnya arus teknologi di era modern ini.

Menurut Buya Yahya, Prof. Habib Abdullah bukan hanya sosok ulama yang mendalam dalam ilmu agama, tetapi juga seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan sosial dan kepekaan luar biasa terhadap kondisi umat.

“Kalau kita cermati, beliau bukan sekadar bicara tentang agama, tetapi bagaimana memahami keadaan kemasyarakatan dan sosial umat ini. Kemudian beliau menawarkan solusi-solusi yang sangat dibutuhkan oleh siapa saja yang ingin membawa umat kepada kejayaan,” ungkap Buya Yahya di hadapan ratusan peserta seminar.

Buya mengingatkan bahwa jauh sebelum kecanggihan teknologi seperti sekarang, Prof. Habib Abdullah sudah memberi peringatan tentang bahaya arus informasi yang berlebihan. Ia menuturkan bahwa gurunya itu pernah mengisyaratkan hal ini lebih dari satu dekade lalu.

“Di saat kita menyinggung tentang teknologi dan gelombang era informasi ini, beliau menggambarkan dengan sangat sederhana. Kata beliau, kita saat ini sudah berada di dalam banjir bandang. Bukan waktunya lagi membuat bendungan demi menghalau teknologi, karena kita tidak akan mampu,” jelas Buya Yahya.

Ia melanjutkan, larangan semata seperti melarang penggunaan ponsel atau internet tidak akan menyelesaikan masalah. Umat, kata Buya, justru harus bersikap cerdas dengan memanfaatkan arus teknologi yang ada dan mengarahkannya ke saluran-saluran yang bermanfaat.

“Kalau kita hanya bilang jangan pakai handphone, jangan akses teknologi, itu bukan solusi. Kita harus paham, arus teknologi ini sudah deras sekali. Kalau kita tidak cerdas, kita akan hanyut dan tenggelam di dalamnya,” ujarnya.

Buya Yahya juga mengenang bagaimana Prof. Habib Abdullah dahulu sering mendorongnya untuk memanfaatkan media modern sebagai sarana dakwah. Ia menuturkan bahwa dorongan itu awalnya terasa berat, namun seiring waktu ia menyadari pentingnya strategi tersebut.

“Beliau pernah menyuruh saya: kamu buat radio, kamu buat televisi, kamu buat media milik umat. Saat itu saya belum mengerti kenapa harus begitu. Tapi sekarang saya paham, itulah kecerdasan seorang murabbi melihat masa depan,” kata Buya.

Selain peran individu, Buya menegaskan pentingnya peran para ulama dalam menghadapi tantangan era digital. Menurutnya, ulama harus aktif membuat fatwa-fatwa yang bisa menandingi pengaruh sesat yang mungkin muncul dari perkembangan kecerdasan buatan (AI).

Di akhir pesannya, Buya Yahya mengajak umat Islam untuk sadar dan tidak larut dalam arus teknologi yang melanda.

“Kalau kita sendiri tenggelam dalam arus teknologi, bagaimana kita bisa menyelamatkan umat? Mari kita sadar dan bergerak, jangan hanya hangat saat majelis lalu dingin di luar. Semoga Allah berikan pemahaman yang benar kepada kita semua,” pungkasnya.

Seminar ini dihadiri oleh para ulama, habaib, akademisi, dan aktivis dakwah. Diskusi tentang peran kecerdasan buatan dalam kehidupan umat Islam menjadi sorotan utama dalam acara yang berlangsung khidmat tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *