Di Balik Lensa Studio Rasil: Ketika Generasi Muda Belajar Bercerita Lewat Kamera

Cibubur, Rasilnews – Suara tawa dan diskusi hangat terdengar dari salah satu sudut studio Radio Silaturahim (Rasil), Kamis (7/08/2025). Bukan penyiar senior atau kru produksi yang biasa bekerja di ruangan itu, melainkan sekelompok siswa dan mahasiswa yang sedang mengikuti program magang.

Hari itu, studio Rasil tak lagi hanya menjadi ruang siaran, melainkan ruang belajar yang hidup—tempat di mana ide-ide segar bertemu dengan semangat muda. Di balik kamera, mereka saling berbagi peran: ada yang sibuk menyusun naskah, ada yang mengatur pencahayaan, dan ada pula yang berulang kali merekam ulang adegan demi hasil terbaik.

Program magang ini bukan sekadar mengisi waktu liburan atau tugas sekolah. Rasil merancangnya sebagai pengalaman lapangan yang sungguh-sungguh—menantang para peserta untuk terjun langsung ke dunia produksi konten digital yang sesungguhnya.

“Kita disuruh bikin video pendek yang bisa menarik anak muda. Tapi tetap ada pesan baiknya,” kata salah satu mahasiswa PKL dengan antusias. Dari situlah mereka mulai menyusun konten—ada yang bertema dakwah ringan, ada yang membawakan komedi yang santun tapi segar. Semuanya dikerjakan dari awal hingga akhir oleh tangan-tangan muda ini.

Prosesnya tentu tak selalu mulus. Ada naskah yang harus dirombak, video yang harus diulang syutnya, dan debat kecil soal mana musik latar yang paling pas. Tapi justru dari sanalah para peserta belajar. Bukan hanya soal teknis seperti mengoperasikan kamera atau menyunting video, tapi juga tentang kerja tim, komunikasi, dan mengatur waktu.

“Awalnya saya pikir ini bakal membosankan,” ujar seorang mahasiswa sambil tertawa. “Tapi ternyata seru banget. Kita bisa eksplor ide sendiri dan lihat hasilnya dipublikasikan di medsos Rasil. Rasanya bangga.”

Rasil sendiri punya harapan besar terhadap program ini. Lewat pendekatan yang lebih segar dan relevan, konten-konten hasil karya peserta magang diharapkan mampu menjangkau audiens yang lebih luas, khususnya generasi muda yang kini lebih akrab dengan dunia digital.

“Ini bukan soal viral atau trending, tapi soal menyampaikan nilai-nilai kebaikan dengan cara yang mereka pahami.”

Magang ini mungkin hanya berlangsung beberapa minggu. Tapi jejaknya bisa jadi lebih panjang—dalam bentuk konten yang terus ditonton, atau dalam benak para peserta yang suatu hari nanti mungkin kembali, bukan sebagai magang, tapi sebagai pemimpin baru dunia media dakwah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *