Jakarta, Rasilnews – Perubahan drastis dalam cara masyarakat mengonsumsi informasi telah menyebabkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di dunia jurnalistik. Fenomena ini dipicu oleh pergeseran minat masyarakat dari media konvensional ke media sosial, yang dianggap lebih menarik meski sering kali tidak akurat.
Hal ini disampaikan oleh bang Nuim Khaiyath yang mengungkapkan keprihatinannya dalam sebuah dialog Topik Berita Radio Silaturahim, Senin (05/05/25). Menurutnya, media sosial kini lebih digemari karena menyajikan informasi yang cepat dan menghibur, meski kebenarannya kerap dipertanyakan.
“Media sosial itu memang lebih seru, tapi banyak informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sayangnya, orang lebih memilih yang seru daripada yang benar,” ujar Nuim.
Penyiar di radio Australia ini juga menyoroti rendahnya minat baca masyarakat Indonesia saat ini. Ia membandingkan situasi di Indonesia dengan Australia, di mana budaya membaca masih dijaga. Di Australia, banyak kafe menyediakan 3-4 koran untuk pengunjung, sementara di Indonesia, hal itu sudah sangat jarang ditemukan.
“Saya kecewa saat pulang ke Indonesia. Di warung kopi dan kafe, tidak ada lagi koran atau majalah. Berbeda dengan di Australia, setiap kafe pasti ada bahan bacaan,” tambahnya.
Kondisi ini diperparah oleh era post-truth yang ditandai dengan dominasi opini dan emosi dibandingkan fakta. Perkembangan teknologi dan kehadiran kecerdasan buatan (AI) juga turut memengaruhi perubahan pola konsumsi informasi masyarakat.
Meski begitu, Nuim mengingatkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar seharusnya menjunjung tinggi budaya membaca, mengingat perintah pertama dalam Al-Qur’an adalah “Iqra” (bacalah). Ironisnya, menurutnya, budaya tersebut justru semakin luntur.
Di sisi lain, Nuim menyebut bahwa profesi penyiar radio di luar negeri, seperti Australia, masih dihargai. Gaji penyiar profesional di sana bahkan bisa mencapai setengah juta dolar Australia, karena mereka memegang tanggung jawab besar dalam menyampaikan informasi yang akurat.
Nuim Khaiyath, yang telah berkiprah puluhan tahun di dunia media, menegaskan pentingnya etika dan tanggung jawab dalam jurnalisme, terlebih di tengah derasnya arus informasi saat ini.