Jakarta, Rasilnews – Gelombang solidaritas global terhadap penderitaan rakyat Palestina di Gaza terus meluas, tidak hanya datang dari umat Islam tetapi juga dari berbagai kalangan lintas agama dan kebangsaan. Relawan kemanusiaan dokter Sarbini Abdul Murad, menyebut bahwa dunia tengah menyaksikan puncak dari ketidakadilan kemanusiaan di Jalur Gaza.
Dalam Dialog Topik Berita Radio Silaturahim, Rabu (17/6), dokter Sarbini menyoroti besarnya jumlah korban jiwa akibat agresi Israel, yang telah mencapai lebih dari 55.000 korban syahid, mayoritas di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.
“Saya membayangkan, sebuah wilayah kecil dikepung, dibombardir terus-menerus. Tapi dunia seperti diam, kemana suara kemanusiaan?” ujar Sarbini.
Ia menyebutkan, gelombang unjuk rasa dan aksi solidaritas terjadi di berbagai negara, termasuk Mesir, Swedia, Belanda, hingga Lebanon. Bahkan, menurutnya, banyak peserta aksi bukan berasal dari umat Islam, melainkan warga sipil yang tergerak oleh nilai-nilai kemanusiaan.
“Kepedulian ini adalah bentuk kemarahan dunia terhadap Israel. Ini bukan hanya isu politik, ini soal nurani,” tambahnya.
Dokter Sarbini juga menyoroti dinamika yang terjadi di Timur Tengah, khususnya eskalasi antara Iran dan Israel. Ia menilai bahwa konflik ini bukan hanya militer semata, melainkan juga pertarungan marwah dan eksistensi umat.
“Iran dan kelompok-kelompok seperti Hizbullah, Houthi, dan Hamas adalah kekuatan yang kini dipandang serius, bahkan oleh pihak-pihak yang sebelumnya menentangnya,” jelasnya.
Ia mengingatkan bahwa pernyataan-pernyataan provokatif dari tokoh seperti Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bisa memperkeruh situasi. Bahkan, jika Amerika Serikat mengambil langkah militer terhadap Iran, negara-negara sekutu AS di kawasan seperti Qatar, Bahrain, dan Kuwait juga akan terkena dampaknya.
“Ada 32 pangkalan militer AS di Timur Tengah. Kalau Iran diserang, semua pangkalan itu bisa menjadi target. Termasuk masyarakat di negara-negara itu pun akan ikut menanggung risiko.”
Menurut dr. Sarbini, strategi Israel bukan hanya menyerang secara fisik, tetapi juga melalui destabilisasi internal negara-negara yang dianggap musuh. Ia menduga bahwa salah satu tujuan Israel adalah memicu perpecahan di dalam Iran, sebagaimana yang telah diupayakan terhadap Hamas di Palestina.
“Mereka ingin rakyat Iran terpecah dan pemerintahannya jatuh dari dalam. Tapi sejauh ini, baik Iran maupun Hamas justru memperlihatkan kekuatan dan keteguhan.”
Ia pun mempertanyakan apakah Israel benar-benar belajar dari pengalaman masa lalu, atau justru tengah menghadapi tantangan internal yang membuatnya bertindak agresif sebagai pengalihan isu.