Jakarta, Rasilnews — Pemadaman listrik sempat terjadi saat pembacaan Maulid Simtudduror dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dirangkaikan dengan haul almarhum Fikri Thalib di Masjid Umar bin Khattab, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (13/12/25).
Ketua Panitia, Ustaz Ajat Sudrajat, mengatakan pemadaman listrik diduga terjadi akibat beban daya yang berlebih. Menurutnya, kapasitas listrik masjid mencapai 30 ribu watt dan selama ini tidak pernah mengalami kendala serupa.
“Kemungkinan terjadi kelebihan beban. Biasanya tidak pernah seperti ini,” ujarnya kepada Rasilnews.
Ia menjelaskan, matinya listrik tidak berlangsung lama. Panitia segera berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk petugas PLN sehingga aliran listrik dapat kembali normal.
“Alhamdulillah, berkat kesigapan panitia dan adanya petugas PLN di sini, masalahnya bisa langsung tertangani,” tambahnya.
Acara Maulid Nabi tersebut diselenggarakan di Masjid Umar bin Khattab yang berada di bawah naungan Yayasan Wakaf Quran Silaturahim. Menurut Ustaz Ajat, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan agenda rutin yang setiap tahun dilaksanakan di masjid tersebut.
“Tahun ini terasa berbeda karena salah seorang pewakaf masjid, almarhum Fikri Thalib, yang juga merupakan Ketua Yayasan Wakaf Quran Silaturahim, telah berpulang,” ungkapnya.
Oleh karena itu, panitia merangkai peringatan Maulid Nabi dengan acara mengenang 100 hari wafatnya almarhum. Kegiatan tersebut menjadi sarana doa bersama sekaligus penghormatan atas jasa dan perjuangan almarhum dalam dakwah dan kegiatan sosial.
“Akhirnya kegiatan ini kami satukan, sekaligus memperingati Maulid Nabi dan mengenang almarhum Bapak Fikri Thalib,” jelas Ajat.
Fikri Thalib dikenal sebagai seorang aktivis dan pejuang kemanusiaan yang harus menghadapi kenyataan berat sejak usia muda. Penyakit polio merenggut kekuatan kakinya dan membuatnya menjalani hidup di atas kursi roda. Namun, keterbatasan fisik itu tidak pernah menjadi penghalang baginya untuk terus bergerak, berjuang, dan menginspirasi banyak orang.
Semangat perjuangannya mulai terlihat sejak masa mahasiswa. Fikri aktif dalam berbagai gerakan sosial, terutama dalam memperjuangkan kesejahteraan kaum buruh. Baginya, kursi roda bukanlah batasan, melainkan kendaraan perjuangan. Dari kampus hingga jalanan, ia selalu hadir menyuarakan aspirasi mereka yang kerap terpinggirkan.
Demi mendukung mobilitasnya, Fikri bahkan memodifikasi sendiri mobil yang digunakannya. Gas, rem, hingga kopling diubah agar dapat dikendalikan dengan tangan. Dengan ketekunan tersebut, ia tetap mampu berkeliling ke berbagai daerah, bertemu para aktivis, berdiskusi, dan menyalakan semangat perjuangan di tengah masyarakat.
Kepribadian Fikri Thalib dikenal teguh dan mandiri. Ia tidak suka bergantung pada orang lain dan menjalani hidup dengan sederhana, namun sarat idealisme. Kata “menyerah” seolah tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Justru keterbatasan itulah yang menguatkannya untuk terus berada di garis depan perjuangan, meski tanpa bisa berdiri secara fisik.
Meski sempat terkendala pemadaman listrik, rangkaian acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan haul almarhum Fikri Thalib tersebut berlangsung dengan penuh kekhusyukan dan diikuti jamaah dengan tertib hingga akhir kegiatan.