Pakar geopolitik dan relawan kemanusiaan dr. Sarbini Abdul Murad menyoroti dampak perang proksi, lemahnya solidaritas negara-negara Arab, dan bangkitnya kesadaran global untuk membela Palestina.
Jakarta, Rasilnews – Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas. Serangan balasan antara Iran dan Israel dalam beberapa waktu terakhir memicu kekhawatiran global. Namun di tengah konflik dua negara besar itu, rakyat Palestina, terutama di Jalur Gaza, kembali menjadi korban paling nyata—baik secara politik maupun kemanusiaan.
Hal ini disampaikan oleh Sarbini Abdul Murad, pakar geopolitik dan relawan kemanusiaan, dalam wawancara dengan Radio Silaturahim. Ia menilai konflik yang tampak sebagai perang dua negara ini menyimpan konsekuensi yang jauh lebih luas, termasuk dampaknya terhadap perjuangan rakyat Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Menurut Dokter Ben, isu nuklir Iran yang kembali diangkat oleh Israel merupakan bagian dari narasi politik lama yang digunakan untuk memperkuat tekanan internasional. “Data dari IAEA menunjukkan Iran tidak mengembangkan senjata nuklir. Ini bagian dari pola lama: menciptakan ancaman demi menjustifikasi aksi militer atau sanksi,” jelasnya.
Lebih jauh, dr. Sarbini menyoroti sikap negara-negara Arab yang cenderung diam atau setengah hati dalam mendukung Palestina. “Mereka terlalu tergantung pada investasi dan aliansi dengan Amerika Serikat. Proyek ekonomi seperti Vision 2030 di Arab Saudi jelas membuat mereka tidak leluasa bersikap,” paparnya.
Dalam konteks dukungan terhadap perjuangan Palestina, dr. Sarbini menilai Iran memang aktif, terutama lewat dukungan kepada kelompok perlawanan seperti Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman. Namun ia juga menegaskan bahwa hal itu sekaligus menjadi bagian dari perluasan pengaruh Iran di kawasan. “Ini bukan sekadar solidaritas agama, tapi juga kalkulasi geopolitik,” tambahnya.
Sementara itu, gelombang demonstrasi pro-Palestina terus terjadi di berbagai belahan dunia, dari universitas di Amerika hingga parlemen Eropa. dr. Sarbini melihat ini sebagai momentum kebangkitan kesadaran global. “Yang menarik, banyak simpatisan bukan Muslim. Bahkan mahasiswa Yahudi progresif ikut turun ke jalan menolak agresi Israel,” katanya.
Di akhir wawancara, dr. Sarbini mengajak umat Islam dan masyarakat dunia untuk terus bergerak, tidak hanya lewat unjuk rasa, tapi juga melalui langkah konkret. Ia menyebut boikot produk pendukung pendudukan, penyaluran bantuan kemanusiaan, dan pendidikan politik sebagai tiga hal krusial.
“Kalau kita tak bisa angkat senjata, maka kita angkat tangan dalam doa. Doa yang ikhlas bisa menembus langit, dan itu bentuk jihad juga. Tapi jangan berhenti di situ. Kita butuh gerakan nyata, kolektif, dan konsisten,” tutupnya.
“Setiap donasi, setiap tekanan politik, dan setiap doa adalah senjata untuk membela Palestina.” – dr. Sarbini Abdul Murad