Perenungan di Hari Ibu

WANITA merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Allah SWT sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya. Hingga disematkan panggilan ‘Ibu’.

Ada dua kata yang selalu dipakai Alquran untuk menyebutkan ibu, yaitu “Umm” dan “Walidah”. Kata “umm”, digunakan Alquran untuk menyebutkan sumber yang baik dan suci untuk hal yang besar dan penting. Alquran juga menggunakannya untuk menyebutkan sesuatu yang menjadi sumber kemuliaan, merupakan simbol pengorbanan, penebusan, kejernihan, cinta dan kasih sayang. Sumber yang menjadikan seseorang tumbuh menjadi manusia yang terhormat, menemukan kemuliaan dan bangga menisbahkan dirinya kepada ibu yang melahirkannya.

Sementara itu, Alquran kemudian membedakan antara kata “umm” dan “walidah”, di mana Allah SWT menyebut “walidah” kepada perempuan yang melahirkan anak, tanpa melihat karakter dan sifatnya yang baik atau yang buruk. Karena ternyata ada juga segelintir ibu yang tak punya hati terhadap anaknya. Kata “walidah” digunakan hanya karena adanya proses melahirkan, baik bagi manusia maupun makhluk lain dengan keadaan-keadaan yang menyertainya; hamil dan menyusui. Ibu yang dibahasakan “walidah” inilah tempat menumpahkan segala bakti, pemuliaan, tanpa membedakan apakah ia baik atau tidak.

Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Karena di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka.

Seorang ibu merupakan sosok yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat membimbing anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya sebagai orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, salah satunya dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.

Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah ﷺ memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagai orang tua yang derajatnya tiga kali lebih tinggi dari seorang ayah. Ditegaskan Rasulullah ﷺ dalam hadits nya yang berasal dari pertanyaan seorang sahabat. “Ya Rasulullah, siapakah orang yang harus aku hormati di dunia ini.” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” “Kemudian siapa lagi, ya Rasulullah,” tanya orang itu. “Rasul menjawab, “Ibumu.” Lalu, laki-laki itu bertanya lagi; “Kemudian, setelah itu siapa, ya Rasulullah?” “Bapakmu,” jawab Rasulullah.

Jika di era modern ini muncul isu-isu mengenai “pemberdayaan ibu”. Sebenarnya dalam Islam bukanlah dengan menjadikan mereka produktif menghasilkan materi, melainkan menjadikan para ibu optimal dalam seluruh perannya yang sesuai dengan Alquran. Setidaknya ada tiga peran ibu yang jika amanah ini maksimal dijalankan, niscaya persoalan keluarga bahkan ummat Islam akan terselesaikan.

Pertama, peran ‘ummun wa robbatul bait’, yaitu seorang ibu sebagai manager rumah tangga. Perempuan telah Allah Taala titipkan rahim untuk mengandung dan melahirkan seorang anak, maka pengasuhan kepada anak-anaknya adalah perkara yang wajib. Begitu pun fungsinya sebagai robbatul bait, yaitu mengatur rumah tangga. Ibu harus menciptakan rumah agar nyaman dan kondusif bagi penghuninya untuk beribadah dengan optimal. Di bahu ibulah seluruh anggota keluarga mendapatkan aliran kasih sayang yang melimpah.

Kedua, peran ibu sebagai ‘madrosatul ula’. Syeikh Hafiz Ibrahim mengungkapkan “Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya. Ketiga, peran ibu sebagai ‘ummu ajyal’ atau ibu generasi. Seorang ibu pun harus juga peduli dengan anak-anak kaum muslim lainnya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa bangun di pagi hari tidak memikirkan urusan kaum muslimin maka dia bukan golonganku.” (HR Ath-Thabrani)

Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT. Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta.

Wallahu ‘alam bisshawab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *