Cibubur, Rasilnews — Rencana pemerintah Indonesia membawa sekitar 2.000 warga Gaza untuk dirawat di tanah air menuai perhatian serius dari Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Prof. Hikmahanto Juwana. Ia menilai kebijakan ini harus dikaji mendalam agar tidak justru melemahkan perjuangan rakyat Palestina mempertahankan tanah suci mereka.
“Walaupun ini misi kemanusiaan, jangan sampai publik menuduh pemerintah Indonesia berkoalisi dengan Israel untuk mengeluarkan warga Palestina dari Gaza,” tegasnya dalam dialog Topik Berita Radio Silaturahim (Rasil), Kamis (21/8/2025).
Prof. Hikmahanto mengingatkan adanya laporan dari media Israel, termasuk Jerusalem Post, yang menyebut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berencana mengosongkan Gaza dari penduduknya. Kepala Mossad, David Barnea, bahkan dikabarkan menjajaki kerja sama dengan Amerika untuk memberikan insentif kepada negara-negara yang bersedia menerima pengungsi Gaza, termasuk Indonesia.
“Kalau warga Gaza dipindahkan, sama saja mencerabut mereka dari tanahnya. Padahal inti persoalan Gaza adalah perebutan tanah antara Israel dengan rakyat Palestina,” jelasnya.
Menurutnya, kelompok yang paling banyak dipindahkan —anak-anak dan perempuan— justru adalah generasi kunci yang di masa depan akan melanjutkan perlawanan terhadap penjajahan. “Pertanyaannya, apa jaminannya mereka bisa kembali? Kalau tanah Palestina kosong, siapa lagi yang akan menegakkan hak mereka?” katanya.
Meski menegaskan bahwa Indonesia pasti konsisten mendukung kemerdekaan Palestina, Prof. Hikmahanto mengingatkan agar strategi bantuan tidak justru menguntungkan Israel. “Kalau mau bantu, bantulah rakyat Palestina di Gaza. Misalnya rumah sakit tentara diperbesar, tenaga medis dikirim ke dekat Gaza, sehingga mereka bisa diobati di sana tanpa harus dibawa keluar,” ujarnya.
Ia mencontohkan langkah Turki yang menolak rencana relokasi dengan alasan rakyat Palestina harus tetap tinggal di tanah mereka sendiri, apapun risikonya.
Di akhir dialog, Prof. Hikmahanto menyerukan agar umat dan pemerintah melihat persoalan ini secara menyeluruh, bukan semata atas nama kemanusiaan.
“Harapan saya, tolong dikaji hati-hati kebijakan ini. Jangan sampai niat baik justru membuka jalan bagi strategi Israel mengosongkan Gaza. Kita wajib membantu, tapi harus dengan cara yang menjaga eksistensi rakyat Palestina di tanah mereka,” pungkasnya.