Syamsi Ali: Mengapa Kriteria Radikal Hanya Menyerang Ustaz?

Syamsi Ali: Mengapa Kriteria Radikal Hanya Menyerang Ustaz?

Cibubur, Rasilnews- Direktur Jamaica Muslim Center New York, Amerika Serikat, Syamsi Ali menilai kriteria radikal yang dibeberkan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) hanya menyerang para ustaz sebagai tokoh agama Islam. Padahal, kata Syamsi, radikalisme bisa mencakup banyak hal.

“Pertama karena radikalisme yang dilemparkan ini tidak jelas definisinya. Kedua, isu radikalisme ini sangat sepihak karena yang dituju hanya para ustaz saja. Padahal radikalisme itu bisa menimpa banyak hal, apalagi dalam relevansinya terhadap negara,” kata Syamsi dalam wawancara Topik Berita Radio Silaturahmi AM 720Khz, edisi Kamis (10/3).

Sebelumnya, BNPT mengungkapnya lima indikator untuk melihat seorang penceramah masuk kategori radikal atau tidak. Salah satunya ialah ustaz-ustaz yang anti-pancasila.

“Ada lima hal yang disebutkan oleh siapa pun yang menyebutkan kriteria radikal, yang pertama adalah istilahnya ustaz-ustaz yang anti pancasila. Masalahnya apa itu anti-pancasila, karena anti-pancasila itu kan macam-macam,” ujar Imam di masjid Islamic Center of New York itu.

Ia memberikan salah satu contoh terkait sikap anti-pancasila, yakni ideologi komunis dan anti-ketuhanan. Menurutnya, ada pihak-pihak tertentu yang berusaha menghilangkan nilai-nilai ketuhanan dari Indonesia.

“Ajaran agama dimarginalkan nah itu semua adalah ancaman bagi pancasila, ini yang harus dicurigai,” tegasnya.

Bahkan, ia menyebut sikap Mahkamah Agung (MA) yang memotong masa tahanan korupsi Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo dari sembilan menjadi lima tahun penjara, merupakan contoh sikap anti-pancasila.

“Baru-baru ini MA memotong masa tahanan korupsi Edhy Prabowo. Ini (bentuk) anti-pancasila karena keadilan sosial yang secara nyata dilanggar,” ujar Syamsi.

Dia menganggap kriteria radikal yang memojokkan para pendakwah ini, bertujuan untuk memarginalkan peran agama dan memburukkan wajah ustaz sebagai representasi wajah Islam.
“Ketika ada kriteria-kriteria radikal yang hanya menyebut ustad maka ini pasti ada maksud tertentu, untuk memburukkan wajah para ustaz sebagai representasi wajah Islam. Tujuannya ialah memarginalkan ustaz ustaz kita, memarginalkan peranan agama. Dan tanpa disadari itu sebenarnya anti-pancasila karena bertentangan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa; kehidupan bangsa Indonesia harus berdasarkan kepada agama,” jelas Syamsi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *