Tingkat Buta Huruf Al-Qur’an Masih Tinggi, LPQQ Luncurkan Gerakan Nasional Pengentasan Buta huruf AlQuran di Karawang

Karawang, Rasilnews – Meski termasuk negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tingkat buta huruf Al-Qur’an di Indonesia terbilang tinggi. Sekitar 72,25 persen Muslim di Indonesia masih buta huruf Al-Qur’an. Menanggapi realita ini, Lembaga Pembelajaran Qiraatul Qur’an (LPQQ) menggelar Gerakan Nasional Pengentasan Buta Aksara Al-Qur’an di Masjid Al-Jihad, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Ahad (25/05/25).

Dihadiri kaum muslimin dan muslimat, kegiatan yang mengusung tema “Karawang Mengaji Bersama LPQQ” ini menjadi tonggak penting dalam penguatan peran para muallim (guru ngaji) di seluruh Indonesia sebagai garda terdepan dalam dakwah literasi Al-Qur’an. Ketua Umum LPQQ, Kyai Mahbub Sholeh Zarkasyi, menyampaikan bahwa gerakan ini merupakan respons nyata terhadap fakta miris rendahnya kemampuan membaca Al-Qur’an di tengah mayoritas Muslim Indonesia.

“Mayoritas umat Islam kita masih belum bisa membaca Al-Qur’an. Melalui gerakan nasional ini, LPQQ ingin hadir sebagai solusi konkret — memfasilitasi pembelajaran Al-Qur’an yang mudah, cepat, dan menyenangkan,” ujar Kyai Mahbub kepada Radio Silaturahim.

Dalam kesempatan ini, LPQQ juga memperkenalkan Metode Bil Qolam, sebuah metode pembelajaran Al-Qur’an yang praktis dan sistematis. Metode ini menekankan pada pengenalan suara huruf, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan kata dan kalimat.

Kyai Mahbub mengatakan bahwa ini adalah metode revolusioner dalam memahami bahasa Arab Al-Qur’an yang dikembangkan oleh Dr. KH. Adib, MSI. Diklaim mampu membantu peserta memahami makna Al-Qur’an dalam waktu hanya sembilan jam.

“Saya sudah menelaah metode ini. Sangat aplikatif dan memberi harapan baru bagi para muallim untuk mengajarkan Al-Qur’an dengan pendekatan yang efisien,” tambahnya.

Lebih dari sekadar program literasi keagamaan, gerakan nasional ini juga membawa visi pemberdayaan ekonomi para muallim Al-Qur’an. LPQQ mendorong kerja sama lintas sektor, termasuk dengan pemerintah dan swasta, untuk mewujudkan kemandirian ekonomi guru-guru ngaji, khususnya yang berada di pelosok-pelosok negeri.

“Kita ingin para muallim tidak hanya dihormati dari sisi keilmuan, tapi juga disejahterakan secara ekonomi. Karena lewat merekalah umat bisa mengenal dan mengamalkan Al-Qur’an,” tutur Kyai Mahbub.

Ia juga mengingatkan seluruh pengurus LPQQ di berbagai wilayah untuk tidak membebani para muallim dengan birokrasi yang rumit. “Kita adalah pelayan mereka. Jangan justru menghambat gerakan ini dengan aturan-aturan teknis yang menyulitkan,” tegasnya.

Kegiatan ini ditutup dengan ajakan untuk terus menjaga keikhlasan dan kebersamaan dalam perjuangan memuliakan Al-Qur’an. “Yakinlah, jika kita sepenuh hati memuliakan Al-Qur’an, maka Allah akan memuliakan kehidupan kita, di dunia maupun di akhirat,” pungkas Kyai Mahbub.

Melalui Gerakan Nasional Pengentasan Buta Aksara Al-Qur’an ini, LPQQ berharap dapat menginspirasi gerakan serupa di berbagai daerah serta memperkuat posisi guru ngaji sebagai pilar utama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *