Ka BRIN : Ada 12 Negara Terpapar Kasus Hepatitis Misterius Termasuk Indonesia 

Ka BRIN : Ada 12 Negara Terpapar Kasus Hepatitis Misterius Termasuk Indonesia 

Jakarta, Rasilnews – Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Harimat Hendarwan menjelaskan hepatitis adalah bentuk peradangan pada hati sebagai organ vital di dalam tubuh manusia yang antara lain berfungsi untuk memproses nutrisi, menyaring darah, detoksifikasi, dan sintesa protein. “Ketika hati mengalami peradangan atau kerusakan, maka fungsi hati tersebut dapat terganggu,” kata Harimat.

“Kondisi ini bervariasi, dapat sembuh sendiri (self-limiting) atau menjadi fibrosis (scarring), sirosis atau kanker hati,” ujarnya.

Dikatakan Harimat, terdapat lima jenis virus hepatitis utama yang dikenal sebagai tipe A, B, C, D, dan E. Kelima jenis virus ini mendapat perhatian yang besar dikarenakan berpengaruh terhadap beban penyakit dan kematian, serta potensinya untuk menjadi wabah dan penyebaran epidemi.

Bentuk umum dari penularan penyakit ini dapat melalui transfusi darah atau menerima darah/produk darah yang terkontaminasi, tindakan medis invasive menggunakan peralatan yang telah terkontaminasi, dan transmisi hepatitis B dari ibu pada bayi saat persalinan. “Infeksi akut mungkin akan muncul dengan gejala minimal atau tanpa gejala, atau dengan sejumlah gejala seperti kulit dan mata berwarna kuning (jaundice), urine berwarna pekat, kelelahan ekstrim, mual, muntah, dan nyeri abdomen,” tambahnya.

Harimat merinci, beberapa negara yang juga melaporkan kejadian kasus hepatitis dengan penyebab yang tidak diketahui antara lain Jepang, Kanada, Singapura, dan Indonesia. Kasus pertama di AS diidentifikasi pada Bulan Oktober 2021 pada suatu rumah sakit anak di Alabama yang merawat lima anak dengan cedera hati yang signifikan (termasuk beberapa dengan kegagalan hati akut) tanpa diketahui penyebabnya, yang juga dites positif terhadap adenovirus. Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebab dari kejadian hepatitis akut unknown origin ini, namun salah satu hipotesis yang sedang ditelusuri adalah keterkaitan antara adenovirus dengan kejadian ini.

“Adenoviruses merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan sakit dari ringan sampai berat (severe). Secara umum dikenal sebagai patogen yang biasanya menyebabkan infeksi yang self-limited. Menyebar dari orang ke orang dan lebih umum menyebabkan penyakit saluran pernafasan, walaupun tergantung pada jenisnya, dapat juga menyebabkan penyakit lain seperti gastroenteritis (peradangan pada lambung atau usus halus), konjungtivitis (mata merah), sistitis (infeksi kandung kemih), dan bisa juga menyebabkan gangguan saraf (neurological disease),” lanjutnya.

Dijelaskan Harimat, adenovirus sering menular dari orang ke orang dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi, sebagaimana juga melalui jalur respirasi. Berdasarkan hal tersebut, maka cara yang efektif untuk meminimalisir penyebaran adenovirus adalah mempraktekan higiene tangan dan respirasi, serta melakukan edukasi mencuci tangan pada anak.

Cuci tangan dengan air dan sabun menurut Harimat, merupakan pencegahan yang terbaik untuk berbagai penyebaran infeksi termasuk adenovirus, menjaga jarak dengan orang sakit batuk dan bersin, serta mengajarkan anak cara batuk dan bersin yang benar. Anak-anak yang sedang sakit disarankan untuk tinggal di rumah sampai gejalanya hilang dan dinyatakan sehat untuk bisa kembali ke sekolah.

Peneliti Kelompok Riset Hepatitis, Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman, Korri El Khobar menjelaskan, deteksi virus penyebab hepatitis dapat dilakukan secara serologi dan molekuler. “Deteksi serologi dilakukan untuk menentukan apakah seseorang telah atau pernah terinfeksi dengan cara mendeteksi antibodi spesifik terhadap virus,” kata Korri.

Menurut Korri, deteksi molekuler dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis infeksi virus dengan cara mendeteksi materi genetik virus. Hasil positif dari deteksi molekuler dapat dilanjutkan dengan melakukan proses sequencing untuk mendapatkan sekuens virus tersebut.

“Analisis sekuens virus dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jenis virus, melakukan karakterisasi sekuens virus dengan melihat adanya variasi pada sekuens, melakukan analisis kekerabatan virus, dan juga menentukan sebaran epidemiologi virus,” tambah Korri.

Peneliti Pusat Riset Biomedis, Fitriana mengatakan, penegakan diagnosis hepatitis akut unknown hendaknya dilakukan secara seksama dengan mempertimbangkan penyebabnya. “Penegakkan diagnosis hepatitis akut unknown ini harus dilakukan secara seksama, dengan menimbang berbagai penyebab hepatitis, seperti hepatitis virus A, B, C, D, E, yellow fever, leptospirosis, cytomegalovirus (CMV), Eipstein Barr Virus (EBV), adenovirus (normal adenovirus infection atau novel variant adenovirus), infeksi atau sindroma post infeksi SARS-CoV-2 atau varian baru SARS-CoV-2, obat-obatan, toksin, atau pajanan lingkungan, ko-infeksi, dan sebagainya. Pemeriksaan biokimia akan memberi andil dalam penelusuran etiologi dan merubah unknown menjadi known,” ungkap Fitriana.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *