Masa Depan Suriah di Tengah Normalisasi dengan Israel, dr. Ben: Ada Upaya Terstruktur dari Negara-Negara Teluk

Jakarta, Rasilnews – Dokter Sarbini Abdul Murad, yang akrab disapa dr. Ben, mengungkapkan adanya upaya-upaya terstruktur dari negara-negara Teluk untuk mendorong Suriah melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Hal ini disampaikannya dalam program Buka Mata Buka Telinga (BMBT) bertajuk “Bagaimana Masa Depan Suriah” yang disiarkan Radio Silaturahim (Rasil), Ahad (13/07/25).

“Ada pola yang jelas Negara-negara Teluk mendorong Suriah membuka jalan normalisasi dengan Israel,” ujarnya.

Ia menjelaskan, pelunasan utang luar negeri dan masuknya investasi dari Qatar serta Saudi Arabia memang membantu rakyat Suriah. Namun, di balik itu ada kepentingan politik besar. “Ini harus kita waspadai. Jangan sampai rakyat terlena,” ungkapnya

Dr. Ben yang kini aktif sebagai Dewan penasehat MerC dan aktif sebagai relawan Kemanusiaan ini juga menyoroti pertemuan antara Ahmed al-Sharaa, pemimpin Suriah saat ini, dengan Presiden AS Donald Trump. Pertemuan itu dinilai sebagai bagian dari langkah-langkah diplomatik untuk menjaga stabilitas ekonomi Suriah. “Semua ini bagian dari skenario yang lebih besar,” ucapnya. Politik bukan hanya apa yang terlihat di panggung. Ada banyak yang terjadi di balik layar.

Menurutnya, posisi Ahmed al-Sharaa dalam menghadapi konflik sangat dilematis. Dari sisi militer, Suriah dinilai belum cukup kuat karena masih mengandalkan pasukan campuran antara tentara reguler dan milisi. “Kedisiplinannya belum maksimal, Dia harus membuat keputusan sulit untuk memprioritaskan kepentingan nasional,” ungkap dr Ben.

Ia juga menyoroti sikap Turki yang awalnya diprediksi akan ikut campur dalam konflik. Namun belakangan, Ankara menahan diri setelah adanya pertemuan antara Benjamin Netanyahu dan Donald Trump. “Turki masih berhitung risiko,” jelasnya. Mengirim pasukan atau perisai udara ke Suriah bisa memicu konfrontasi langsung dengan Israel. Itu sangat berbahaya

Lebih jauh, dr. Ben mengingatkan ada pihak-pihak tertentu yang terus mendorong Suriah mendekat ke Israel sebagai bagian dari normalisasi. “Langkah ini berpotensi memecah persatuan internal dan mengancam kedaulatan Suriah,” tegasnya.

“Masa depan Suriah masih panjang,” pungkas dr. Ben. Menurutnya ada banyak episode yang belum kita lihat. Suriah harus cerdas memainkan perannya agar tidak jadi boneka pihak mana pun.

Saat ini, Suriah dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok yang dipimpin Abu Mohammed al-Jolani. HTS menguasai wilayah Idlib dan sebagian besar wilayah barat laut Suriah setelah menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad. Bashar al-Assad sendiri dilaporkan telah melarikan diri ke Rusia.

Sebelumnya, Suriah dipimpin oleh Bashar al-Assad yang menjadi presiden sejak tahun 2000, menggantikan ayahnya, Hafez al-Assad. Pemerintahan Assad berakhir pada Desember 2024 setelah serangan kilat yang dipelopori oleh HTS. HTS, yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra, muncul sebagai kekuatan dominan pasca meletusnya Perang Saudara Suriah pada 2011.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *