Prof. Dr. Abdul Fatah El-Waisi Angkat Kisah Pembebasan Baitul Maqdis dan Solidaritas untuk Palestina Dalam BSP

Cileungsi, Rasilnews – Masih dalam rangkaian Bulan Solidaritas Palestina (BSP,) Aqsa Working Group (AWG) menggelar Tabligh Akbar di Masjid At-Taqwa, Cileungsi, Bogor, Selasa (25/11/25). Kegiatan ini sekaligus memperingati pembebasan Baitul Maqdis oleh Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 1431 H. Acara ini dihadiri masyarakat, para santri, dan santriwati, dengan menghadirkan Prof. Dr. Abdul Fatah El-Waisi sebagai pembicara utama.

Dalam ceramahnya, Prof. El-Waisi kembali mengisahkan detik-detik pembebasan Baitul Maqdis. Ia menuturkan, “Ketika Umar memasuki Baitul Maqdis, beliau meminta Bilal bin Rabah untuk kembali mengumandangkan azan. Bilal menolak karena sejak Rasulullah wafat, ia tidak pernah lagi melantunkan azan.” Namun, setelah dibujuk, Bilal akhirnya bersedia. “Azan Bilal saat itu menjadi simbol kemenangan dan kemuliaan umat Islam,” ujarnya.

Prof. El-Waisi menegaskan bahwa keberhasilan pembebasan tersebut merupakan kelanjutan dari strategi yang telah dipersiapkan Rasulullah. “Rasulullah sudah merencanakan pembebasan Baitul Maqdis jauh sebelum Umar melaksanakannya,” katanya. Ia kemudian mengaitkannya dengan kondisi Palestina masa kini. “Hari ini Palestina masih diserang, dan dunia Islam yang berjumlah dua miliar jiwa tidak mampu berbuat banyak. Ini karena kita tidak lagi mengikuti langkah-langkah yang dicontohkan Nabi,” tegasnya.

Prof. El-Waisi juga membahas budaya Baitul Maqdis yang menurutnya merupakan warisan Rasulullah dan para sahabat. Ia menyebut empat pilar yang relevan diterapkan di Indonesia. “Pertama, biasakan menggunakan istilah Baitul Maqdis dan Al-Aqsa, bukan istilah yang berasal dari penjajah,” ujarnya.

Ia melanjutkan, “Kedua, sebarkan kabar gembira bahwa pembebasan Baitul Maqdis itu dekat, sebagaimana Rasulullah menyampaikan kabar gembira kepada para sahabat di Madinah.” Pilar ketiga, kata dia, adalah membiasakan membaca Surah Al-Isra sebelum tidur. “Itu amalan Rasulullah ketika merencanakan pembebasan Al-Aqsa,” jelasnya.

Adapun pilar keempat adalah menjadikan Al-Aqsa sebagai topik dalam percakapan sehari-hari. “Bicarakan Baitul Maqdis dalam kajian, dalam keluarga, di perjalanan, kapan pun. Ini menjaga kesadaran umat,” ujarnya.

Prof. El-Awaisi menekankan bahwa perjuangan ini tidak hanya membutuhkan dukungan moral semata, tetapi juga kesadaran, pemahaman, dan kontribusi strategis dari umat Islam di berbagai negara, termasuk Indonesia. Ia menilai bahwa peran generasi muda memiliki arti penting dalam membentuk arah perjuangan intelektual maupun advokasi terkait isu Baitul Maqdis di masa mendatang.

Dengan terselenggaranya kegiatan ini, panitia berharap semangat solidaritas terhadap Palestina semakin kuat serta membuka jalan bagi lahirnya langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam mendukung perjuangan Baitul Maqdis di masa depan. Prof. El-Waisi mengajarkan doa agar umat Islam dimampukan melaksanakan salat di Masjid Al-Aqsa. “Mintalah kepada Allah agar kita diberi kesempatan sujud di Al-Aqsa,” katanya.

Comments (0)

Your email address will not be published. Required fields are marked *