Sabtu, 5 Oktober 2024

Adab Fakir Dalam Menerima Pemberian

Oleh Ustaz Ahmad Djazuli Khalil, Pengasuh Program Tausyiah Sore

Rasilnews – Pada pertemuan sebelumnya, kita telah membahas tentang kefakiran dalam berbagai aspek, baik secara batin maupun dalam interaksi sosial. Kefakiran seharusnya tidak hanya terbatas pada kondisi materi, namun juga mencakup kekayaan batin dan cara berinteraksi dengan orang lain. Dalam konteks ini, menjadi fakir bukanlah hanyalah status sosial, tetapi juga mencerminkan hubungan khusus antara hamba dan Allah.

Sudah kita bahas secara mendalam pada pertemuan sebelumnya bahwa kefakiran sebenarnya berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan semata-mata karena keadaan atau nasib. Kini, mari kita fokus pada aspek adab dalam menerima pemberian, terutama dalam konteks silaturahim.

Ketika kita melihat orang-orang di sekitar kita, terkadang kita menyaksikan dua individu dengan kondisi kehidupan yang serupa, namun perlakuan terhadap keduanya berbeda. Salah satunya mungkin mendapatkan penghormatan dan perhatian, sementara yang lainnya mungkin diabaikan atau bahkan dianggap rendah. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, mengapa perbedaan tersebut terjadi?

Perhatikanlah bahwa sikap terhadap pemberian dan cara kita menerimanya dapat menjadi penyebab perbedaan tersebut. Sebagai contoh, ketika seseorang memberikan sesuatu kepada kita, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kita harus memperhatikan jenis pemberian tersebut dan memastikan bahwa apa yang diberikan adalah halal. Kedua, kita juga perlu memperhatikan niat dari pemberi dan menerima pemberian dengan penuh kerelaan.

Adapun tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam menerima pemberian adalah:

  1. Pemberian itu sendiri: Kita harus memastikan bahwa pemberian yang diterima adalah halal dan sesuai dengan nilai-nilai agama. Kita tidak boleh menerima sesuatu yang bertentangan dengan prinsip-prinsip keislaman.
  2. Orang yang memberi: Kita perlu memperhatikan siapa yang memberi. Penghormatan dan kepercayaan terhadap pemberi juga merupakan faktor penting. Seseorang yang memberikan dengan ikhlas dan tulus layak untuk dihormati.
  3. Tujuan dalam menerima: Menerima pemberian haruslah dilakukan dengan tujuan yang baik, seperti membangun silaturahim, menciptakan rasa kasih sayang, atau membantu orang yang memberikan. Ini akan memberikan makna yang lebih mendalam dalam menerima pemberian.

Kesadaran akan adab dalam menerima pemberian juga membawa dampak pada kehidupan sehari-hari. Misalnya, seseorang yang memberikan hadiah kepada kita seharusnya mendapat penghormatan lebih dari kita. Begitu pula, memperhatikan niat dan tujuan di balik pemberian akan membantu menciptakan hubungan yang lebih baik antar sesama.

Dengan memahami dan mengamalkan adab dalam menerima pemberian, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sadar dan peduli terhadap kebutuhan sesama, serta memperkuat nilai-nilai silaturahim dalam kehidupan sehari-hari. Semoga adab ini dapat menjadi pedoman dalam berinteraksi sosial dengan penuh kesadaran dan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Wallahu A’lam Bishawab

By Admin

Mungkin Anda Juga Suka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *