Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat: Merenung pada Takdir Ilahi

Rasilnews – Dalam hidup ini, kematian adalah kepastian yang tak terelakkan bagi setiap makhluk. Baik manusia maupun jin, hewan, dan makhluk lainnya, tidak ada yang dapat menghindarinya. Seperti yang diungkapkan dalam firman Allah Ta’ala,

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya” (QS. Ali Imran: 185).

Namun, sayangnya, sedikit manusia yang bersedia menghadapinya dengan persiapan yang cukup. Setiap manusia memiliki ajal yang telah ditentukan, dan kematian tidak bisa dihindari. Sebagaimana firman Allah,

قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَࣖ ۝٨qul

innal-mautalladzî tafirrûna min-hu fa innahû mulâqîkum tsumma turaddûna ilâ ‘âlimil-ghaibi wasy-syahâdati fa yunabbi’ukum bimâ kuntum ta‘malûnKatakanlah,

“Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya pasti akan menemuimu. Kamu kemudian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8).

Bahkan, tidak peduli seberapa tinggi atau kokohnya benteng yang dibangun seseorang, kematian akan menemukan setiap manusia

اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا ۝٧٨aina mâ takûnû

yudrikkumul-mautu walau kuntum fî burûjim musyayyadah, wa in tushib-hum ḫasanatuy yaqûlû hâdzihî min ‘indillâh, wa in tushib-hum sayyi’atuy yaqûlû hâdzihî min ‘indik, qul kullum min ‘indillâh, fa mâli hâ’ulâ’il-qaumi lâ yakâdûna yafqahûna ḫadîtsâ

“Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh. Jika mereka (orang-orang munafik) memperoleh suatu kebaikan, mereka berkata, “Ini dari sisi Allah” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka berkata, “Ini dari engkau (Nabi Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami pembicaraan?” (QS. An-Nisa’: 78).

Semua makhluk hidup akan mati sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh Allah. Tidak ada yang bisa mengubah atau melampaui batas waktu yang telah ditentukan. Kematian adalah bagian dari takdir dan ketetapan-Nya. Sehingga, setiap manusia hendaknya selalu siap menghadapi keberangkatan menuju kehidupan akhirat yang abadi.

Mengingat kematian adalah cara yang bijaksana untuk menyadarkan manusia akan hakikat kehidupan yang fana ini. Kematian tidak mengenal usia, waktu, atau penyakit tertentu. Oleh karena itu, setiap individu harus mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapinya. Dengan merenungkan kematian, manusia akan diarahkan untuk:

  1. Segera bertaubat: Mengintrospeksi diri dan memperbaiki kekurangan serta kesalahan yang dilakukan di masa lalu.
  2. Hati qanaah: Menyadari kecukupan yang telah diberikan oleh Allah dan bersyukur dengan apa yang dimiliki, tanpa terjerumus dalam keserakahan.
  3. Giat beribadah: Meningkatkan kualitas ibadah sebagai bentuk persiapan untuk menghadap Allah di kehidupan akhirat.

Namun, manusia tidak dianjurkan untuk mengharapkan kematian datang terlalu cepat. Sebab, di balik setiap nafas yang dihirup, terdapat peluang untuk memperbaiki diri dan mendapatkan kebaikan. Oleh karena itu, hendaknya manusia senantiasa bersabar menghadapi ujian hidup yang diberikan oleh Allah. Janganlah berputus asa, karena putus asa hanya akan melemahkan hati dan memberikan peluang kepada setan untuk menggoda.

Dalam menjalani hidup ini, marilah kita merenung pada takdir ilahi yang telah ditetapkan. Dengan kesadaran akan kematian, semoga kita dapat mengisi setiap detik hidup dengan amal kebaikan, sehingga kelak ketika ajal tiba, kita siap menghadapinya dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *