Cibubur, Rasilnews – Dunia kini berada dalam pusaran krisis moral dan keadilan. Konflik demi konflik mengoyak berbagai belahan dunia, dan Palestina kembali menjadi cermin paling nyata dari ketimpangan global yang terus dibiarkan. Dalam kondisi ini, mantan Penasihat KPK, Abdullah Hehamahua, menegaskan bahwa umat Islam tidak boleh tinggal diam.
Dalam program Dialog Topik Berita yang disiarkan oleh Radio Silaturahim AM 720, Jumat (20/06/25), Abdullah menggambarkan dunia saat ini sebagai “tidak sedang baik-baik saja.” Ia menilai bahwa penderitaan rakyat Palestina adalah bentuk nyata dari ketidakadilan yang dipertontonkan di hadapan masyarakat internasional.
“Setelah Rusia dan Ukraina, kini dunia menyaksikan bagaimana keadilan diinjak-injak di Palestina. Tapi yang luar biasa adalah keteguhan rakyat Palestina. Bangsa yang dijajah tapi tidak merasa terjajah. Mereka tetap berdiri dengan kehormatan,” ungkapnya.
Abdullah juga mengkritisi narasi sejarah yang digunakan untuk membenarkan penjajahan Israel, serta mengingatkan bahwa masyarakat dunia sering lupa bahwa penjajahan atas Palestina sudah berlangsung sejak tahun 1947. Ia menyebut bahwa banyak warga Israel saat ini bukan keturunan Nabi Yaakob, melainkan pendatang yang dimasukkan ke wilayah Palestina sebagai kompensasi atas tragedi Holocaust.
Dalam situasi genting ini, Abdullah menilai Iran muncul sebagai salah satu kekuatan yang berani menyeimbangkan dominasi Israel dan menunjukkan kepedulian nyata terhadap Palestina.
“Meski difitnah dan diblokade, Iran tetap berdiri untuk Palestina. Dan ketika banyak negara Muslim terpecah oleh kepentingan, justru negara seperti Iran yang menunjukkan sikap tegas. Ini harus kita apresiasi,” ujarnya.
Ia menyesalkan lemahnya persatuan dunia Islam. Menurutnya, dengan jumlah ratusan juta umat, seharusnya negara-negara Muslim bisa menjadi kekuatan besar jika bersatu.
“Tidak perlu peluru kendali. Meludah saja serentak, Israel bisa tenggelam. Tapi karena tidak bersatu, kita terus dilemahkan.”
Sebagai bentuk dukungan yang tak kalah penting, Abdullah mengajak umat Islam untuk menunaikan qunut nazilah—doa khusus dalam salat yang ditujukan untuk memohon pertolongan Allah bagi kaum yang tertindas.
“Di tengah ketidakadilan global, doa adalah senjata terkuat kita. Qunut nazilah bukan sekadar ritual, tapi bentuk solidaritas dan kesadaran bahwa kita sedang berada di pihak yang benar,” tandasnya.
Ia juga mengingatkan pemerintah Indonesia agar tidak salah memahami posisi netralitas. Menurutnya, netral bukan berarti tidak memihak, tetapi harus berpihak kepada kebenaran.
“Indonesia harus jelas. Yang benar adalah Palestina. Dan Iran hari ini menunjukkan keberpihakannya kepada kebenaran itu,” tegasnya.
Menutup pernyataannya, Abdullah menyebut bahwa krisis ini bisa menjadi pertanda dari episode akhir zaman. Ia berharap, justru dari penderitaan ini akan muncul kebangkitan Islam yang membawa keadilan hakiki bagi umat manusia.