Gaza, Rasilnews – Seorang influencer muda asal Palestina, Yaqeen Hammad, menjadi salah satu korban terbaru dari serangan Israel yang terus mengguncang Gaza. Gadis berusia 11 tahun itu tewas setelah Israel menyerang kawasan al-Baraka di Deir el-Balah, Gaza utara, pada Jumat malam. Meninggalnya Yaqeen menjadi sorotan di media sosial internasional, di tengah meningkatnya kecaman terhadap kekejaman yang terjadi di wilayah tersebut.
Dalam program Dialog Topik Berita di Radio Silaturahim, Jurnalist sekaligus penyiar Radio Senior bang Nuim Khaiyath menyebut tragedi ini sebagai bagian dari genosida sistematis yang terus berlangsung di Palestina, tanpa perlawanan berarti dari dunia internasional, termasuk negara-negara Islam.
“Ini abad ke-21, tapi kita menyaksikan ulang kekejaman seperti Holocaust, Bosnia, dan Rwanda — dan kini Gaza,” ujar Nuim.
Yaqeen Hammad dikenal luas di media sosial sebagai “reporter kecil” Gaza, berkat aktivitas kemanusiaannya bersama sang kakak, Mohamed Hammad. Keduanya kerap membagikan momen mengharukan saat mengantarkan makanan, pakaian, dan mainan kepada keluarga yang terlantar akibat perang, sebagaimana dilaporkan oleh Palestine Chronicle.
Tak hanya itu, Yaqeen juga aktif dalam Ouena Collective — sebuah organisasi nonprofit berbasis di Gaza yang berfokus pada misi bantuan dan relawan kemanusiaan. Perannya sebagai anak kecil yang turut peduli pada penderitaan sesama menjadikannya simbol harapan dan keberanian bagi banyak orang.
Yaqeen adalah salah satu dari 12 anak di bawah umur yang tewas dalam serangan udara Israel tersebut. Tragedi ini memperpanjang daftar korban sipil yang terus bertambah setiap hari, di tengah minimnya perlindungan dan kehadiran internasional yang berarti.
Dalam analisanya Nuim Khaiyath mengkritik tajam negara-negara Arab dan Islam yang dinilainya tidak bersatu dan cenderung pasif dalam merespons penderitaan rakyat Palestina. Ia bahkan menuding adanya kemunafikan, di mana kematian dua diplomat Israel di luar negeri lebih cepat mendapat simpati dibanding ribuan nyawa anak-anak Palestina yang melayang.
“Negara-negara Arab berlomba menyampaikan belasungkawa kepada diplomat Israel, tapi bagaimana dengan Yaqeen Hammad dan anak-anak Gaza lainnya?” tanyanya.
Nuim juga mengutip sejarawan Inggris Max Hastings, yang pernah mendengar langsung dari Benjamin Netanyahu pada era 1970-an soal rencana “pembersihan” etnis Arab dari Tepi Barat. Menurut Nuim, kebijakan-kebijakan yang diterapkan Israel hari ini adalah kelanjutan dari ambisi itu.
Di akhir siaran, Nuim menyerukan kepada umat Islam untuk kembali pada prinsip persatuan, seperti yang diperintahkan dalam Al-Qur’an Surah Ali ‘Imran · Ayat 103
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ ١٠٣
wa‘tashimû biḫablillâhi jamî‘aw wa lâ tafarraqû wadzkurû ni‘matallâhi ‘alaikum idz kuntum a‘dâ’an fa allafa baina qulûbikum fa ashbaḫtum bini‘matihî ikhwânâ, wa kuntum ‘alâ syafâ ḫufratim minan-nâri fa angqadzakum min-hâ, kadzâlika yubayyinullâhu lakum âyâtihî la‘allakum tahtadûn
Artinya : Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.
Nuim mengingatkan bahwa kekuatan politik dan ekonomi dunia Islam bisa menjadi tekanan global nyata, jika saja ada keberanian dan tekad untuk bersatu, “ada yang mengatakan, kalau sekiranya Arab Saudi menarik semua tabungannya itu, maka Amerika Serikat bisa bangkrut,” tandasnya.
diakhir perbincangan, Nuim menekankan bahwa kisah tragis Yaqeen Hammad bukan hanya tentang seorang anak yang gugur. Ia adalah simbol harapan, cinta kemanusiaan, dan keberanian dalam menghadapi ketidakadilan. Dunia boleh saja diam, tapi catatan sejarah tidak akan pernah melupakan suara kecil yang berani melawan kekejaman.