Indonesia Masih Jadi Negara dengan Kasus TBC Tertinggi Kedua di Dunia, dr. Sarbini Soroti Polemik Vaksin Bill Gates

Jakarta, Rasilnews – Indonesia saat ini menempati peringkat kedua tertinggi di dunia dalam jumlah kasus tuberkulosis (TBC), menyumbang sekitar 12 persen dari total kasus global, di bawah India yang mencatat sekitar 21 persen. Setiap tahunnya, sekitar 100.000 hingga 125.000 orang meninggal akibat penyakit ini, dengan jumlah penderita lebih dari satu juta.

Hal ini disampaikan oleh dr. Sarbini Abdul Murad dalam acara Dialog Topik Berita Radio Silaturahim. Dirinya mengungkapkan keprihatinannya terhadap penanganan TBC yang dinilai belum optimal, meski berbagai peraturan dan program pemerintah telah digulirkan.

“Cerita tentang TBC bukan cerita hari ini, ini sudah cerita lama. Tapi penanganannya seperti jalan di tempat. Karena penanggulangan TBC harus dilakukan secara komprehensif, tidak bisa hanya oleh penderita atau pemerintah saja,” ujarnya.

Sarbini menyoroti rendahnya tingkat kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang memakan waktu enam hingga sembilan bulan. Banyak pasien menghentikan konsumsi obat saat merasa membaik, yang berujung pada munculnya kasus TBC resisten obat. “Ada istilah dalam TBC: tepat sasaran, tepat waktu, tepat dosis. Ini yang seringkali tidak dijalankan,” tegasnya.

Polemik mencuat ketika Presiden Prabowo Subianto menyatakan dukungannya terhadap uji coba vaksin TBC di Indonesia. Pernyataan ini mengejutkan publik dan memicu kekhawatiran terkait transparansi proses serta peran Indonesia dalam pengembangan vaksin tersebut.

Menurut dr. Sarbini, proses uji coba vaksin ini ternyata sudah berlangsung sejak 2009 dan kini telah memasuki tahap ketiga. “Rencananya tahap ketiga selesai pada 2028 dan targetnya TBC bisa dieliminasi di Indonesia pada 2030,” ujarnya.

Namun ia mengingatkan agar pemerintah tidak gegabah dalam menjalin kerja sama internasional. “Jangan sampai kita hanya dijadikan tempat uji coba, lalu vaksin diproduksi di luar negeri dan kita membelinya kembali dengan harga mahal. Kita punya Bio Farma, kita juga mampu,” ungkapnya.

Ia juga menyinggung pemberian penghargaan negara kepada tokoh seperti Bill Gates, yang yayasannya menjadi salah satu pendonor program vaksin ini. Menurutnya, perlu ada transparansi dan kejelasan dalam nota kesepahaman (MoU) agar tidak menimbulkan kecurigaan publik.

“Bukan menolak bantuan. Tapi jangan meremehkan ilmuwan kita sendiri. Bio Farma sudah ekspor vaksin ke lebih dari 130 negara. Kita punya kapasitas,” kata dokter Sarbini.

Ia menambahkan bahwa masyarakat harus aktif dalam deteksi dini TBC. Gejala seperti batuk lebih dari dua minggu dan penurunan nafsu makan harus segera ditindaklanjuti dengan pemeriksaan. “Program pengobatan TBC itu gratis. Tinggal ada kemauan. Jangan tunggu parah,” pesannya.

Provinsi Jawa Barat disebut sebagai wilayah dengan kasus TBC tertinggi di Indonesia. Lingkungan, gaya hidup, dan kurangnya edukasi masyarakat menjadi faktor penyebab tingginya angka penularan.

“Ini harus jadi pelajaran. Jangan sampai kita mengulang kesalahan seperti saat pandemi COVID-19, di mana banyak hal terjadi tanpa pemahaman yang cukup dari masyarakat,” pungkas dokter Sarbini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *