JK Tanggapi ‘Dirty Vote’ Baru 25 Persen, Bivitri “Ya karena yang Bisa Kami Keluarkan yang Aman Secara legal, Ya Segitu.”

Jakarta, Rasilnews – Bivitri Susanti, seorang akademisi dan pakar hukum tata negara, yang juga merupakan salah satu pendiri Pusat Studi Hukum dan Kebijakan, memberikan pandangannya terkait isu kontroversial film Dokumenter “Dirty Vote”. Dalam program Kontroversi yang disiarkan di stasiun televisi Metro TV pada Kamis (15/02), Bivitri menegaskan, “Film ‘Dirty Vote’ sebenarnya tidak membawa informasi baru atau rahasia.”

Dalam penjelasannya, Bivitri menyampaikan bahwa konteks politik saat ini telah menciptakan ketakutan di kalangan masyarakat sipil. Dia menyatakan bahwa pihaknya sangat berhati-hati untuk memastikan bahwa semua informasi yang disajikan dalam film tersebut telah terpublikasikan sebelumnya. “Sebagai contoh,” kata Bivitri, “Pak J.K. sempat bilang, ‘oh itu baru 25 persen.’ Ya karena yang bisa kami keluarkan yang aman secara legal, ya segitu.”

Bivitri juga menjelaskan pandangannya terhadap quick count dalam konteks demokrasi. Meskipun dia memahami metodologi quick count, dia menekankan bahwa demokrasi tidak hanya tentang angka. “Kita tidak bisa bilang bahwa quick count juga bisa menggambarkan apa yang terjadi dibalik angka-angka itu. Kita gak tahu kenapa,” ujarnya. Oleh karena itu, Bivitri menyatakan bahwa “Dirty Vote” mencoba menggambarkan potensi kecurangan yang mungkin terjadi, yang bersifat terstruktur dan sistematis, sehingga dapat memengaruhi hasil pemilu.

Bivitri mengungkapkan, “Dirty Vote sebenarnya menggambarkan potensi peristiwa-peristiwa yang membuat munculnya angka-angka yang sekarang menimbulkan tanda-tanya di hadapan kita. Jadi kami tidak kaget sebenarnya karena itulah yang akan dihasilkan dari sebuah sistem yang memang disalahgunakan oleh yang punya kekuasaan.”

Sosok Bivitri Susanti turut menjadi sorotan setelah film ‘Dirty Vote’ viral. Film dokumenter tersebut menampilkan tiga pakar hukum yang menjabarkan adanya dugaan kecurangan pada Pilpres 2024 yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sedang berkuasa. Sebagai satu-satunya ahli hukum perempuan di film tersebut, nama Bivitri Susanti sukses menarik perhatian publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *