Karakter Pemimpin

Rabu, 9 Dzulqaidah 1446 H/ 7 Mei 2025
Hikmah Republika

Imam Syafi’i berkata, “Ada lima karakter yang wajib dimiliki oleh setiap pemimpin, yaitu bicara jujur, pandai menyimpan rahasia, menepati janji, mengawali dalam nasihat, dan menjalankan amanah.” Kepemimpinan dalam Islam harus mampu mencontoh kepemimpinan yang pernah ditampilkan oleh Rasulullahﷺ. Nabi Muhammad ﷺ berhasil menampilkan dan menerapkan manajemen kepemimpinan yang paripurna, mengedepankan teori kepemimpinan dengan berdasar kepada nilai-nilai shiddiq, tabligh, amanah, dan fathanah.

Kelima karakter pemimpin di atas sudah ada di dalam nilai-nilai kepemimpinan Rasulullah ﷺ. Seperti jujur, perilaku positif dengan berkata sebenarnya, tidak curang, serta perbuatan dan perkataan yang tidak berlawanan. “Dalam bahasa Arab, jujur adalah terjemahan dari kata shiddiq yang artinya benar dan dapat dipercaya. Jujur adalah perintah-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Ahzab ayat 70, ‘Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar’.”

Pada ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang beriman supaya tetap bertakwa kepada-Nya. Dia juga memerintahkan orang-orang beriman untuk selalu berkata yang benar, selaras antara yang diniatkan dan yang diucapkan, karena seluruh kata yang diucapkan dicatat oleh malaikat Raqib dan ‘Atid, dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Sifat jujur ini akan membawa seorang pemimpin bisa mengayomi rakyatnya.

Pandai menyimpan rahasia. Rahasia layaknya amanah yang harus dijaga. Ada kisah menggambarkan keteguhan sosok Abu Bakar yang menjaga rahasia Rasulullah ﷺ. Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu juga pernah menceritakan bahwa ketika saudari perempuannya Hafshah bintu Umar menjanda, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu lalu menawarkan Hafshah kepada Utsman. Utsman radhiyallahu ‘anhu lalu menolak tawaran Umar. Umar kemudian menawarkan Hafshah kepada sahabat yang lain, yaitu Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Abu Bakr hanya terdiam, tidak memberi jawaban. Umar pun menjadi marah kepada Abu Bakr.

Setelah beberapa hari, Rasulullah ﷺ ternyata datang meminang Hafshah. Umar pun lantas menikahkan putrinya itu dengan Rasulullah ﷺ. Setelah itu, Abu Bakar menemui Umar dan berkata, “Mungkin engkau marah kepadaku ketika engkau menawarkan Hafshah, tetapi aku tidak memberikan jawaban?” Umar berkata, “Ya.”

Abu Bakar lalu berkata, “Sebenarnya tidak ada yang menghalangi diriku untuk memberi jawaban atas tawaranmu, hanya saja sebelumnya aku telah mendengar Nabi Muhammad ﷺ pernah menyebut-nyebut nama Hafshah. Oleh karena itu, aku tidak akan menyebarkan rahasia Rasulullah ﷺ. (HR Bukhari).

Seorang pemimpin mempunyai kewajiban menyimpan rahasia, jika tersebar bisa berakibat terjadinya konflik atau peperangan. Namun, dalam kehidupan berpolitik kita bisa jumpai “rahasia” itu dijadikan kartu untuk mengikat.

Menepati janji. Dalam ajaran Islam, seorang yang berjanji wajib menepati. Itu artinya, seseorang yang menepati janji, ia telah melakukan perbuatan mulia sesuai ajaran agama. Sebaliknya, seseorang yang ingkar janji merupakan perbuatan yang berdosa, karena janji pada hakikatnya adalah utang. Oleh karena itu, seorang pemimpin hendaknya tidak mudah berjanji karena mengucapkan janji itu terasa enteng dan tidak mudah ditepati. Seorang pemimpin yang mudah memberikan janji bisa berarti ia suka berutang.

Nasihat. Sosok pemimpin hendaknya sering memberikan nasihat. Namun demikian, apa yang dinasihatkan tidak melampaui kemampuan yang dimiliki. Hal itu bisa mendatangkan mudharat dan kesulitan bagi pemberi nasihat. Anjuran untuk saling menasihati antarsesama manusia bahkan terdapat dalam al-Quran dan hadis. Allah SWT berfiman dalam surah al-Ashr ayat 3, “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”

Karakter pemimpin yang kelima adalah menjalankan amanah. Sifat amanah merupakan akhlak yang mulia dalam Islam. Amanah merupakan sebuah tanggung jawab besar dan begitu mulia hingga Rasulullah ﷺ menjadikan sifat amanah sebagai tanda kesempurnaan iman seorang Muslim. “Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah.” (HR Ahmad).

Semoga Allah SWT memberikan tuntunan kepada para pemimpin yang beriman untuk melaksanakan tugas dengan meneladan Rasulullah ﷺ.

Wallahu ‘alam bishshawab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *