Kamis, 3 Oktober 2024

KH. Abul Hidayat Saerodjie : Rasulullah Tidak Membangun Dinasti atau Kerajaan

Bogor, Rasilnews – Dalam tausyiah Tabligh Akbar di Pondok Pesantren Al-Fatah Pasirangin, Cileungsi, Bogor, Jabar, Ahad (19/3) dan dihadiri ribuan umat muslim dari berbagai daerah, Ustaz Abul Hidayah Saerodji menyampaikan bahwa Rasulullah tidak membangun dinasti atau kerajaan, beliau juga tidak mengadopsi teori kekuasaan atau kemasyarakatan dari barat maupun dari timur. “Apa yang beliau lakukan dan praktekan dalam membanguan umatan wahidah dalam bentuk Jama’ah Muslimin adalah berdasarkan wahyu ilaahi.”

Ustaz Abul mengutip Firman Allah SWT dalam Alquran Surah An Najm ayat 34 ;

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى) 4(

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Quran) menurut kemauan hawa nafsunya, ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

Menurutnya, ketika Rasulullah wafat, kenabian tidak bisa digantikan. Apalagi beliau adalah nabi terakhir,  “la nabiya ba’dahu, tidak ada nabi sesudahnya,” ujarnya.

Menurut beliau, kepemimpinan umat tidak boleh vakum/kosong dan harus selalu terpimpin. Karena itu, para sahabat kemudian membai’at Abu Bakar As-Shidiq sebagai penganti kepemimpinan umat yang kemudian disebut dengan gelar “Khalifatul Rasul”, artinya penganti atau penerus kepemimpinan Rasul, tapi bukan seorang nabi dan rasul.

Sebagai Ustaz yang mengarang buku berjudul ‘Balada Seorang Da’i’ dirinya berujar bahwa dalam pola dan cara memimpin umat, Abu Bakar juga tidak mengadopsi teori kepemimpinan dan sistem membangun umat dari manapun, melainkan beliau ittiba’ pada cara dan sistem Rasulullah yang dipraktekannya selama 23 tahun lamanya.

“pola ini berlanjut dari masa ke masa, ketika pergantian kepemimpinan sejak Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhum,” tandasnya.

Dirinya menyebut, Pola atau sistem yang di praktekan Rasulullah dan para nabi-nabi sebelumnya dalam membangun umat di sebut Nubuwwah, sedangkan yang dipraktekan oleh sahabat Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhum disebut Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyyin atau disebut Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah.

Ustaz abul mengutip, Sabda Rasulullah Rasulullah :

عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍعَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَاشَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنُ ثُمَّ يَرْفَعُهَاإِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعُهَا ثُمَّ تَكُوْنُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجٍ النُّبُوَّةِ فَتَكُوْنُ مَاشَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَاشَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعُهَا ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًاعَاضًا فَيَكُوْنُ مَاشَاءَ اللهُ أَنْ يَكُوْنَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَاشَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعُهَاثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًاجَبَرِيَّةً فَتَكُوْنُ مَاشَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنُ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَاشَاءَ أَنْ يَرْفَعُهَا ثُمَّ تَكُوْنُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجٍ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سّكَتَ. (مسند أحمد بن حنبل مجلد٤ صفجة ٢٧٣)

Dari Nu’man bin Basyir dari Hudzaifah Radliallahu ‘Anhu, berkata: “Rasulullahu Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Adalah masa kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak Kenabian (Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia telah menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adlan), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia telah menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia telah menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak Kenabian (Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah)”. Kemudian beliau (Nabi) diam”. (Hadits Riwayat Ahmad dan Al-Baihaqi. MMI Mashabih : Bab Al-Indzar wa Tahdzin Al-Maktabah Ar-Rahimiah, Delhi, India. halaman 461; Musnad Ahmad Juz 4 halaman 273)

Ikhwan Akhwat, Tabligh Akbar dan Festival Sya’ban 1444 H mengangkat tema, “Membangun Ekonomi Umat dengan Spirit Ramadhan dalam Kehidupan Berjama’ah Menuju Pembebasan Masjid Al-Aqsha”.

Even tahun ini berisi berbagai kegiatan seperti Bazaar dan Expo UMKM, Bakti Sosial, Donor Darah, Bedah Buku dan acara puncaknya yaitu Tabligh Akbar Sya’ban 1444 H.

By Admin

Mungkin Anda Juga Suka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *