Negeri Penuh Kebohongan

Tajuk Rasil
Senin, 20 Jumadil Awwal 1445 H/ 4 Desember 2023
Resonansi Republika, oleh: Asma Nadia

Suara pesawat kembali menderu di langit Gaza. Kali ini tidak hanya sisi utara Gaza yang dihujani rudal, tetapi juga sisi selatan tempat pengungsi dari utara berpindah setelah wilayahnya dibombardir. Hanya dalam hitungan jam, puluhan korban jiwa, bahkan lebih, kembali jatuh. Sebagai legitimasi atas tindakan jahatnya, militer Israel (IDF) mengungkap di akun resminya, “Hamas melanggar operasional jeda dan juga melepaskan tembakan ke arah wilayah Israel.”

Hamas meluncurkan roket ke Israel di masa gencatan senjata? Padahal justru Hamas yang selalu mengatakan siap menjalankan gencatan senjata permanen saat Israel terus mengumbar akan menghabisi Hamas setelah gencatan senjata selesai. Mana yang bisa dipercaya? Hamas melanggar perjanjian atau informasi dari IDF yang menyimpang. Atau memang ada roket yang ditembakkan dari Gaza ke Israel dan dilumpuhkan, tapi siapa yang menembakkan roket tersebut? Jika ada dua informasi berbeda, maka untuk melihat siapa yang berdusta bisa kita lihat dari rekam jejak di masa lalu sebagai gambaran reputasinya.

Saat pembebasan sandera, kita bisa melihat bagaimana Hamas secara baik memperlakukan tawanan. Bahkan, mereka lebih mengutamakan kebutuhan makan sandera dibandingkan rakyat yang kekurangan. Ketika dibebaskan, para sandera tampak tulus melambaikan tangan tanda perpisahan. Mereka bahkan menulis surat sebagai ungkapan terima kasih. Pihak Israel melarang para sandera diwawancara apalagi live karena sebelumnya ketika Israel membiarkan salah satu sandera untuk diwawancara demi menyerang Hamas di ruang publik, justru pujian yang diberikan oleh sang tawanan tersebut.

Sangat jauh berbeda dengan pelepasan sandera Palestina yang berlangsung damai dan haru, Israel bahkan menembakkan gas air mata ke arah para penjemput. Sandera dikembalikan dalam keadaan babak belur atau masih mengalami penyiksaan selama di tawanan. Bahkan, banyak dari mereka yang dipenjara tanpa proses peradilan. Lebih buruk lagi, Israel disinyalir menangkap lebih banyak orang Palestina daripada yang mereka lepaskan. Melepas sedikit tahanan Palestina dan menangkap lebih banyak di waktu yang sama.

Terlihat jelas di sini siapa yang seharusnya kita percaya. Ketika serangan 7 Oktober 2023 terjadi, Israel mengeklaim Hamas membunuh setidaknya 1.400 rakyat sipil. Lalu dikoreksi menjadi 1.200, walau kenyataannya hanya sekitar 1.000 nama yang bisa diungkap. Faktanya, dari jumlah tersebut, lebih dari 300 warga Israel yang mengikuti konser, justru dibombardir helikopter Israel. Ada puluhan mayat warga Israel disembunyikan di ruang rumah sakit untuk menyembunyikan fakta mereka terbunuh kemungkinan besar oleh Israel sendiri. Sebagian korban pun bukan sepenuhnya sipil, mengingat yang disebut sipil di Israel sebagian besar saat berusia di atas 17 tahun sudah melewati masa pelatihan militer dan mengerti bagaimana menggunakan senjata.

Tentu bagi Israel, satu jejak kebohongan tidaklah cukup. Israel juga menyerang rumah sakit yang mereka sebut sebagai sarang Hamas. Untuk membuktikannya, seorang tentara Israel menunjukkan sebuah kertas berisi tulisan Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu yang dibagi dalam beberapa kolom. Dengan lantang tentara IDF menyebutkan itu adalah daftar rencana Hamas. Padahal kertas itu hanyalah catatan piket atau rencana kerja petugas di rumah sakit. Lorong Hamas yang mereka yakini tersembunyi di bawah rumah sakit juga tidak ditemukan. Kalaupun ada ruang bawah tanah, itu ruang yang justru dibuat Israel di masa lalu, bukan Hamas.

Sebelumnya, viral cuplikan kisah tragis yang membuat Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, marah. Bayi-bayi Israel yang menurutnya dibunuh secara kejam oleh Hamas. Namun, wartawan yang turun langsung mencari kebenaran berita tersebut, menemukan fakta itu hanyalah karangan Israel untuk memfitnah Hamas. Ada juga cerita bayi yang mukanya hangus terbunuh, seperti biasa Israel menuding Hamas sebagai pelaku. Setelah ditelusuri, ditemukan penyebab tewasnya sang anak justru karena terkena mortir tank Israel.

Kebohongan demi kebohongan yang dilakukan Israel sudah terbuka. Pertanyaannya, apakah dunia akan percaya apa pun yang keluar dari mulut mereka, termasuk bahwa Hamas lah yang memicu pembatalan gencatan senjata, dan bukan Israel. Benar seperti yang dikatakan seorang aktivis kemanusiaan, penyebab Israel terus saja melakukan kekerasan kepada warga Palestina karena tidak ada keberanian dunia untuk menghukumnya.

Wallāhu ‘Alam bis-shawāb

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *