Sumber: Program “Bincang Hejra” Rasil TV bersama Dedy Rahmat, Founder Katapedia
Jakarta, Rasilnews – Nama Zohran Mamdani kini menjadi perbincangan hangat di Amerika Serikat setelah berhasil memenangkan pemilihan Wali Kota New York. Kemenangannya dianggap sebagai bukti nyata kekuatan personal branding yang otentik di era politik digital, sebagaimana dibahas oleh Dedy Rahmat, pakar branding sekaligus founder Katapedia, dalam program Bincang Hejra di Rasil TV.
Menurut Dedy, keberhasilan Mamdani tidak lahir dari politik identitas, tetapi dari kemampuan membangun citra berdasarkan nilai. “Dia tidak seperti politisi lain yang mendadak religius saat kampanye. Ia justru menerjemahkan nilai-nilai Islam seperti keadilan, amanah, dan keberpihakan pada yang lemah ke dalam kebijakan publik yang konkret,” ujar Dedy.
Hal senada disampaikan oleh Bang Habib, narasumber lain dalam diskusi tersebut. Ia menyebut Mamdani menawarkan kesalehan sistemik, bukan kesalehan simbolik. “Dia tidak menjual identitas, tapi menghadirkan nilai Islam lewat kerja nyata,” ungkapnya.
Sebagai politisi muda, Mamdani dikenal dekat dengan masyarakat dan aktif menanggapi keresahan publik. Ia mampu membangun citra sebagai pemimpin yang memahami kebutuhan rakyat — bukan melalui retorika, tetapi lewat tindakan nyata selama menjabat sebagai anggota dewan.
Strategi branding-nya, kata Dedy, dibangun di atas relevansi sosial, bukan citra kosong. “Ia fokus pada segmen imigran, yang jumlahnya sekitar 38 persen penduduk New York. Isu yang diangkat sangat kontekstual: harga sewa apartemen, biaya transportasi, dan hak-hak pekerja,” jelasnya.
Pendekatan ini membuat kampanyenya terasa jujur dan membumi. Banyak warga New York menaruh kepercayaan karena melihat rekam jejak nyata, bukan sekadar janji politik.
Dedy juga mengungkap kejeniusan tim Mamdani dalam memanfaatkan media sosial. Mereka tidak menggunakan satu gaya komunikasi untuk semua platform, tetapi menyesuaikannya dengan karakter audiens:
- Di X (Twitter): Mamdani tampil sebagai ideolog tegas, vokal mengkritik oligarki dan kebijakan elitis.
- Di Instagram: Ia menampilkan sisi profesional, menonjolkan hasil kerja dan kebijakan sosial dengan visual rapi.
- Di TikTok: Ia tampil santai dan bersahabat, berbicara langsung kepada Gen Z dengan gaya spontan dan orisinal.
- Di Facebook: Fokus pada pelayanan publik — jadwal kegiatan dan kanal pengaduan warga.
Menurut Dedy, pendekatan ini berhasil karena dilandasi otentisitas. “Ia tidak sedang berpura-pura menjadi sosok lain. Branding-nya lahir dari kejujuran dan kerja nyata di lapangan,” ujarnya.
Sebelum menjadi wali kota, Zohran Mamdani telah dikenal karena kedekatannya dengan rakyat. Ia bahkan disebut “mengetuk satu juta pintu rumah warga New York” untuk memahami persoalan masyarakat secara langsung.
Namun, Dedy mengingatkan bahwa kemenangan ini baru awal dari tantangan besar. “Ia akan menghadapi hambatan serius di tingkat federal, terutama jika Donald Trump kembali berkuasa. Beberapa kebijakannya yang pro-rakyat bisa terganjal di level pendanaan,” tutur Dedy.
Meski demikian, kemenangan Mamdani menjadi bukti bahwa politik berbasis nilai, komunikasi efektif, dan tindakan nyata masih menjadi harapan masyarakat modern. Ia bukan hanya menjual janji, tetapi juga menunjukkan hasil.
Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap politisi, Zohran Mamdani tampil sebagai contoh bahwa integritas dan kejujuran masih bisa menjadi kekuatan utama dalam memenangkan hati rakyat.