105 Tahun Deklarasi Balfour, Dosa Inggris atas Kekejaman di Palestina

DEKLARASI Balfour yang diresmikan pada 2 November 1917 menjadi sejarah kelam bagi Bangsa Palestina. Deklarasi itu menyatakan Inggris mendukung berdirinya tanah air nasional bagi kaum Yahudi di Palestina. Imbas pernyataan itu, Bangsa Palestina hingga kini merasakan pedihnya penjajahan dan penindasan di tanah yang seharusnya menjadi milik mereka.

Surat deklarasi yang ditulis oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur James Balfour yang diserahkan kepada Lord Rothschild, pemimpin komunitas Yahudi Inggris ini disebut sebagai strategi politik tersembunyi untuk memenangkan Perang Dunia 1. Bisa dikatakan derita Palestina diawali dengan Konspirasi Akbar Internasional dalam Perang Dunia I yang telah mengubah tatanan dunia. Setelah kekalahan negara adidaya Daulah Islamiah, Negara Islam dikerat-kerat menjadi bagian-bagian kecil.

Perjanjian Sykes-Picot (Inggris-Prancis, 1916) membagi daerah muslim dan menetapkan Palestina sebagai perbatasan, lalu menjadikannya sebagai wilayah Internasional. Inilah cikal bakal penyerahan Palestina pada Israel. Pada 1917, melalui perjanjian Balfour, Inggris menyerahkan wilayah Palestina pada bangsa Israel.

Setelah Deklarasi Balfour, pasukan Britania Raya (Inggris) dipimpin oleh Jenderal Allenby mulai menerobos masuk dan melancarkan serangan ke Tanah Palestina. Desember 1917, Pasukan Allaenby berhasil menduduki Palestina. Serangan terus berlanjut. Dua tahun setelahnya, Yerusalem yang terdapat Masjid Al Aqsa di dalamnya telah diduduki oleh Inggris. Gerakan Zionisme itulah menjadi awal dimulainya perpindahan secara besar-besaran kaum Yahudi ke Tanah Palestina dibawah naungan Inggris.

Bahkan selanjutnya pasca Perang Dunia II, PBB secara resmi memutuskan pembagian (daerah Palestina), menjadi dua (1947). Sebagian besar wilayah diserahkan pada Yahudi dan sisanya diserahkan pada Palestina. Inilah resolusi yang mengantarkan pada pendeklarasian sebuah negara bernama “Israel”. Dengan kekacauan ini, bukannya memberikan solusi yang adil, Perserikatan Bangsa-Bangsa (dulu Liga Bangsa-Bangsa) malah menyetujui Mandat Britania Raya atas Palestina sebagai ‘negara orang Yahudi.’

105 tahun bergulir, 2 November 2022 kita masih menyaksikan dengan jelas bagaimana dampak nyata dari Deklarasi Balfour sebagai wujud kolonialisme di era modern. Dosa Inggris beserta sekutunya atas pelanggaran HAM, perampasan tanah, bahkan genosida terhadap Bangsa Palestina, kini seolah menjadi hal yang wajar di mata dunia. Organisasi internasional PBB yang diharapkan mampu mengambil langkah tegas, faktanya tunduk pada Zionisme.

Meski Palestina telah menghadapi kekejaman Zionis Israel selama bertahun-tahun, namun berbagai gerakan membela Palestina tetap optimis bahwa Israel tidak akan menang. Mengutip Palinfo, Hamas bahkan dengan tegas menyebutkan, Deklarasi Balfour dan turunannya berupa kesalahan politik dan pembantaian kemanusiaan terhadap bangsa Palestina, hak-hak dan wilayahnya, serta berlanjutnya dukungan Amerika kepada penjajah, merupakan upaya yang tak akan berhasil mengokohkan proyek Israel menguasai Palestina.

Hamas menyebut, Bangsa Palestina akan tetap konsisten memperjuangkan hak-hak nasional dan membelanya, menolak mengakui penjajah hingga Palestina menjadi negara merdeka dan menyambut kepulangan para pengungsi ke tanah air mereka. Ketua Dewan Legislatif Palestina Dr. Ahmed Bahr menyatakan, Deklarasi Balfour yang merupakan kejahatan terbesar abad kedua puluh adalah dosa politik, hukum dan moral yang efeknya masih terus berlanjut hingga saat ini. Ia bahkan menilai, Inggris bertanggung jawab penuh atas segala penjajahan dan kesengsaraan yang menimpa rakyat Palestina sampai hari ini.

Sebagai umat Islam dan rakyat Indonesia yang memiliki kedekatan layaknya saudara dengan Bangsa Palestina, sudah sepatutnya kita tidak membiarkan Palestina berjuang sendirian. Pembina Utama Aqsa Working Group, Imaam Yakhsyallah Mansur mengingatkan kita bahwa pertolongan Allah atas kemenangan Palestina adalah janji-Nya yang mutlak. Salah satu bentuk pertolongan Allah ialah memberikan kita keteguhan niat untuk konsisten memperjuangan kemerdekaan Palestina.

Bangkitlah wahai kaum Muslimin! Jangan sampai kita disebut manusia paling bodoh jika rajin beribadah tapi melupakan nasib tanah Palestina, wilayah kiblat pertama kaum muslimin dan Masjidil Aqsha
Al Aqsa Haqquna!

_Walllahu A’lam bishshawab_

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *