Siti Fadhillah Supari : Srikandi Indonesia Tegar Hingga Akhir

Siti Fadhillah Supari : Srikandi Indonesia Tegar Hingga Akhir

Jakarta, Rasilnews – Siapa yang tak kenal Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K), seorang wanita tangguh yang mendobrak dunia akan ketidak adilan dalam dunia kesehatan.

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) lahir 6 November 1949 adalah dosen dan ahli jantung. Dirinya juga menjabat sebagai Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu.

Disambangi di kediamannya di bilangan timur Jakarta, Siti Fadhillah mengakui bahwa dirinya tak pernah terpikirkan akan ditunjuk menjadi menkes oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Kala itu dirinya enggan mengiyakan karena terbayang beratnya amanah yang akan dipikulnya, namun karena dorongan keluarga dan rekan rekannya, akhirnya Siti Fadhillah setuju menjadi pembantu Presiden.

“Awalnya saya tidak mau menjadi menkes walau sudah ditunjuk, namun karena dibujuk oleh pak syafi’i maarif akhirnya saya mau, ” Ujarnya kepada Radio Silaturahim, Rabu (10/04).

Dalam perbincangan dalam program Sahur Bersama Tokoh (SBT) yang dipandu Diana Caroline, Siti Fadhillah banyak membuat gebrakan dalam dunia medis, satu diantaranya adalah membuat harga obat murah dan terjangkau masyarakat.

“Saya ingin agar rakyat bisa membeli obat dengan harga terjangkau dan murah, tapi saya malah dimusuhi oleh pabrikan obat, “ujarnya.

“Dan ketika kita berbuat baik kepada rakyat belum tentu kita disukai banyak orang, ” Tambahnya.

Sebagai seorang dosen dan ahli jantung ternama, Ibu dari 3 anak ini menegaskan bahwa dirinya bukan seorang politikus, hanya seorang dokter yang memiliki keahlian riset, “Penunjukan saya menjadi menteri semata-mata dari Allah SWT, bukan karena saya politikus.”

Sebagai penulis buku “Saatnya Dunia Berubah: Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung, Siti Fadilah Supari menjelaskan secara lengkap mekanisme penanganan virus flu burung yang berlaku internasional. Selain itu, buku ini juga mengungkap suatu ketidakadilan tatanan dunia di bidang kesehatan yang telah berlangsung lama.

“Saat itu saya pelajari dan analisa, saya berhasil mereformasi who. Banyak telepon dari berbagai negara tentang kemenangan saya di WHO, tapi anehnya tidak boleh diberitakan di Indonesia, akhirnya saya menulis sebuah buku, Kemudian wartawan Sydney Herald Morning memblowup tulisan saya bahwa Indonesia menang melawan who, ” tandasnya.

Sebagai Srikandi dalam Kabinet Indonesia Bersatu kala itu, dirinya berhasil menutup unit kesehatan angkatan laut Amerika yang berada di Indonesia yang mengadakan berbagai penelitian mengenai penyakit menular yaitu Naval Medical Research Unit 2 (Namru 2).

Ditutupnya Namru oleh Siti Fadhillah kala itu dikarenakan kontrak kerjasama dengan Namru telah berakhir sejak Desember 2005. Dirinya juga melarang semua rumah sakit di Indonesia mengirimkan sampel virus flu burung ke laboratorium Namru. Sebenarnya banyak pihak yang juga mencurigai keberadaan Namru menjadi sarana kegiatan intelijen AS dengan berkedok riset.

Dengan tekad dan keteguhannya untuk mengatasi flu burung, Dr. Siti Fadilah Supari berhasil mereformasi mekanisme virus sharing flu burung di bawah sistem World Health Organization (WHO), menjadi lebih transparan, adil dan lebih mewujudkan kesetaraan antar negara maju dan negara berkembang. Kini, Dalam kesehariannya Siti Fadhillah Supari lebih banyak disibukan dengan mengurus tanaman dan beribadah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *