Meningkatnya Eskalasi Iran – Israel Demi Bela Palestina Jangan Ditarik ke Isu Sunni – Syiah

Jakarta, Rasilnews — Di tengah memanasnya konflik antara Iran dan Israel, suara-suara rasional dari dunia Islam terus menyerukan agar persoalan ini tidak dilihat melalui kacamata sempit sektarian. Salah satunya datang dari Dr. Sarbini Abdul Murad, seorang dokter sekaligus relawan kemanusiaan yang akrab disapa Dokter Ben.

Dalam program Radio Silaturahim bertajuk “Buka Mata Buka Telinga”, Ahad (16/06/25), Dokter Ben mengingatkan pentingnya memisahkan antara loyalitas politik dan isu mazhab dalam melihat situasi Timur Tengah. “Kita harus objektif. Konflik ini bukan sekadar Sunni-Syiah, tapi soal siapa yang berani bersikap tegas terhadap penjajahan,” ujarnya.

Menurutnya, Iran adalah satu-satunya negara yang secara konsisten mendukung Palestina, tidak hanya lewat retorika, tetapi juga secara logistik dan diplomatik. Ia menuturkan pengalaman pribadinya saat berkunjung ke Iran, di mana ia menyaksikan bagaimana rakyat di sana rela berkorban demi perjuangan Palestina.

“Seorang warga Iran pernah berkata, ‘Pesawat-pesawat tempur ini dibeli dari uang makan anak-anak kami.’ Artinya, mereka benar-benar serius memperjuangkan kemerdekaan Palestina, meski harus menanggung beban ekonomi,” ungkap Dokter Ben.

Sementara itu, negara-negara seperti Mesir dan Arab Saudi dinilainya justru bersikap ambigu, bahkan pasif. Ia menyayangkan tindakan otoritas Mesir yang mencegah warga melakukan long march ke Gaza. “Tapi saya tidak menyalahkan rakyatnya. Warga Mesir banyak yang pro-Palestina. Ini soal sikap pemerintah mereka,” jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa solidaritas terhadap Palestina tidak boleh dipolitisasi secara sektarian. “Saya pernah tanya langsung ke Sheikh Omar, apakah ada pengaruh ideologi dari kelompok tertentu? Beliau menjawab dengan sangat tegas: tidak ada hubungan. Dan saya lega mendengarnya,” tuturnya.

Dokter Ben juga mengingatkan bahwa media internasional sering kali membentuk narasi bias yang menyederhanakan realitas geopolitik menjadi konflik internal umat Islam. Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk lebih bijak menyaring informasi dan tidak mudah terpancing oleh framing media Barat.

“Ketika konflik diseret ke isu mazhab, kita jadi lupa pada isu pokok: penjajahan Israel atas tanah Palestina. Ini yang harus dikembalikan ke relnya,” tegasnya.

Lebih jauh, ia menyoroti pentingnya struktur perjuangan dan regenerasi pemimpin. Menurutnya, Hamas memiliki sistem kaderisasi yang kuat, berbeda dengan Israel yang sering kali kesulitan mencari pengganti tokoh-tokoh kuncinya. “Hamas tahu siapa yang menggantikan siapa. Israel panik saat kehilangan tokoh. Ini perbedaan mendasar,” kata Dokter Ben.

Ia juga menyinggung adanya 32 pangkalan militer AS di wilayah Indonesia sebagai pengingat bahwa konflik ini tidak berdiri sendiri. “Konflik Iran-Israel hanyalah bagian dari hegemoni global yang lebih besar. Umat Islam perlu melek geopolitik,” ujarnya.

Palestina Bukan Soal Mazhab, Tapi Soal Keadilan

Di akhir pernyataannya, Dokter Ben menyerukan agar umat Islam tidak terjebak dalam narasi sempit yang memecah belah. “Palestina tidak butuh mazhab kita, tapi butuh dukungan strategis dan keberanian politik kita. Sudah terlalu lama umat ini dipecah-belah oleh dikotomi palsu.”

Ia menegaskan bahwa perjuangan membela Palestina adalah ujian moral, kemanusiaan, dan kebijaksanaan umat Islam di era modern. “Mari buka mata dan buka telinga. Yang ditindas adalah manusia. Yang menindas adalah penjajah. Tidak perlu bingung memilih posisi,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *