Araghchi Tegaskan Tidak Ada Waktu untuk Diplomasi, Segera Temui Putin Di Rusia

Menlu Iran Kecam Serangan AS dan Tuduh Trump Tunduk pada Tekanan Israel

Istanbul , Rasilnews — Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa saat ini tidak ada waktu untuk solusi diplomatik menyusul serangan militer Amerika Serikat terhadap Republik Islam Iran. Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers di Istanbul, hari Minggu.

Araghchi menyebut serangan AS sebagai pelanggaran hukum internasional serta Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2231 yang mengatur kesepakatan nuklir Iran.

“Serangan itu merupakan pelanggaran hukum internasional dan Resolusi Dewan Keamanan 2231,” ujarnya.

Ia juga mengkritik Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menurutnya tidak hanya mengkhianati Iran tetapi juga menipu negaranya sendiri. Araghchi menambahkan bahwa Trump telah menyerah pada tuntutan seorang penjahat, merujuk pada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

“Semua orang harus tahu bahwa kami mengejar diplomasi, tetapi AS dan rezim Zionis melancarkan serangan agresif terhadap Iran dan rakyatnya, dan kami akan menggunakan semua kemampuan kami untuk membela diri,” kata Araghchi.

Lebih lanjut, Araghchi menyatakan bahwa untuk saat ini, tidak ada waktu bagi solusi diplomatik. Ia menegaskan bahwa ketika agresi terhadap Iran berhenti, barulah dialog dapat dilanjutkan.

“AS tidak diplomatis dan hanya memahami bahasa kekerasan dan ancaman. Mereka telah menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati piagam internasional dan hukum internasional dan tidak mematuhi satu pun dari keduanya,” tambahnya, dengan menyoroti kegagalan NPT (Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons) dalam melindungi Iran.

Sebagai bagian dari respons diplomatik Iran, Araghchi mengumumkan bahwa dirinya akan bertolak ke Moskow untuk bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

“Rusia adalah teman Iran dan kami memiliki kemitraan strategis dengannya,” ujar Araghchi.

Diplomat tinggi Iran ini juga menilai bahwa AS telah memutuskan untuk meledakkan diplomasi, dan mempertanyakan bagaimana Iran dapat kembali ke meja perundingan jika sebenarnya tidak pernah meninggalkannya.

Sumber : Al-Manar.com
Tanggal : Senin/ 23 Juni 2025
Kategori : Politik Internasional, Timur Tengah, Iran, Diplomasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *