KASIH SAYANG SEBAGAI LANDASAN PENYANTUNAN UMAT

Oleh: Imaamul Muslimin Syaikh Yakhsyallah Mansur

Firman Allah :

فَبِمَا رَحْمَةٍۢ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ  وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ  فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ  فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ  إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ (ال عمران [٣]: ١٥٩)

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusya-warahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (Q.S. Ali Imran [3]: 159)

Ayat ini merupakan bagian dari rangkaian yang turun paska Perang Uhud (7 Syawal 3 H). Ketika itu sebagian sahabat ada yang melanggar perintah Nabi Muhammad ﷺ. Akibat pelanggaran itu akhirnya umat Islam mengalami kegagalan dan Nabi ﷺ mengalami luka-luka. Seorang musuh Utbah bin Abi Waqash melemparkan batu hingga mengenai gigi, melukai wajah dan bibir beliau ﷺ. Kemudian Abdullah bin Syihab mencederai kening beliau ﷺ. Selanjutnya Ibnu Qamiah menyerang dengan pukulan ke pipi beliau ﷺ hingga ada kawat perisai menusuk ke dalam pipi beliau ﷺ. Saat menghindari serangan, kaki beliau ﷺ terperosok ke dalam lubang dan Ali  segera mengangkatnya.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa luka di bagian dahi dan keningnya yang mulia ﷺ terus mencucurkan darah. Namun di tengah kondisi luka itu, beliau ﷺ tak henti mewadahi tetesan darah itu dengan mengusapkan ke dadanya. Beliau ﷺ berusaha agar darah jangan menetes ke tanah dalam keadaan genting sekalipun.

Setelah perang mereda, seorang sahabat memberanikan diri bertanya perihal perilaku beliau ﷺ tersebut. Kenapa dalam keadaan semacam itu beliau ﷺ malah mewadahi tetesan darah kemudian mengusapkannya ke dada.

Dengan lemah lembut beliau ﷺ menjawab, “Aku mendengar apa yang tidak kalian dengar. Malaikat penjaga gunung berkata, “Kalau ada tetesan darahku menyentuh bumi, maka Allah  akan menurunkan azab dari langit kepada yang memerangiku.”

Mendengar jawaban itu, para sahabat kembali bertanya, “Mengapa engkau tidak mendoakan musuh supaya celaka?” Beliau ﷺ kembali menjawab, “Sungguh aku diutus tidak untuk melaknat, tetapi berdakwah dan menyebarkan rahmat kepada semesta alam.” Kemudian beliau ﷺ berdoa, “Ya Rabb, berilah hidayah kepada mereka, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” Begitulah sikap Rasulullah ﷺ kepada umatnya. Hal ini pula yang beliau ﷺ tunjukkan dalam menghadapi kegagalan Perang Uhud. Meskipun ada di antara para sahabat yang berhak mendapat celaan dan perlakuan keras sebab mereka telah melakukan kesalahan yang mengakibatkan kegagalan, tetapi beliau tetap bersikap lemah lembut terhadap mereka dan memperlakukan mereka dengan kasih sayang. Semua itu adalah berkat rahmat Allah  yang dianugerahkan kepada beliau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *