Kamis, 3 Oktober 2024

Kenangan Sukabumi dan Pelajaran dari Gaza

Bang ichsan berbagi cerita dihadapan Pendengar Radio Latanza yang memadati Masjid Al Mujahidin, Selabintana, Panjalu Warnasari, Sukabumi, Jawa Barat dalam acara Silaturahim Akbar. (Foto : Hafid Nai/ Radio Latanza)

Oleh : Bang Ichsan (Journalist Radio Silaturahim)

Rasilnews – Dalam acara Silaturahim Akbar dengan tema “Merajut Hati dengan Silaturahim” di Masjid Al-Mujahidin, Selabintana, Panjalu Warnasari, Sukabumi Jawa Barat, Bang Ichsan -panggilan akrab Ichsan Thalib- bercerita di hadapan ratusan pendengar Radio Latanza FM tentang Sukabumi dan Gaza Palestina.

Dirinya berujar bahwa Sukabumi adalah sebuah kota yang penuh dengan kenangan masa kecil bagi Bang Ichsan, penyiar Topik Berita Radio Silaturahim. Ia berbagi cerita tentang masa kecilnya yang penuh warna di kota ini. Sukabumi bukan hanya sebuah tempat, melainkan lembaran memori yang membentuk sebagian besar hidupnya. Bang Ichsan mengenang hari-hari bermain di ladang, berlari-lari di jalanan kampung, dan merasakan hangatnya kebersamaan keluarga serta teman-teman masa kecil yang hingga kini masih terpatri dalam ingatannya.

Namun, cerita Bang Ichsan tidak berhenti di sana. Ia juga berbicara tentang situasi di Tajikistan, sebuah negeri yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Di negeri tersebut, muslimah dilarang mengenakan jilbab, dan dalam sepuluh tahun terakhir, hampir dua ratus masjid telah dirobohkan dan dijadikan kafe atau bioskop. Ironisnya, negeri ini dipimpin oleh seorang presiden bernama Rahmat. Bagi Bang Ichsan, kisah Tajikistan adalah peringatan keras bahwa umat Islam tidak boleh berdiam diri jika tidak ingin mengalami nasib serupa. Penindasan terhadap kebebasan beragama ini sangat memprihatinkan dan menyadarkan kita akan pentingnya menjaga hak-hak asasi manusia.

Kesadaran ini semakin kuat ketika Bang Ichsan bertemu dengan Uni Ita, seorang relawan dari MER-C yang baru kembali dari Gaza. Uni Ita bercerita tentang kehidupan di Gaza yang penuh tantangan. Setiap hari, orang-orang di Gaza selalu mengucapkan “Insya Allah” ketika berbicara tentang rencana mereka. Bagi mereka, ucapan ini bukan sekadar ungkapan, tetapi sebuah kesadaran bahwa hidup mereka penuh dengan ketidakpastian dan ancaman. Hidup di bawah bayang-bayang konflik membuat mereka selalu bergantung pada kehendak Allah, dan ini mengajarkan kita semua tentang ketabahan dan keikhlasan yang luar biasa.

Di Gaza, wanita yang mengenakan kerudung sering membotakkan rambut mereka agar tidak terlalu banyak air yang terbuang untuk mencuci rambut. Kondisi di sana begitu sulit, sehingga setiap liter air sangat berharga. Uni Ita juga menceritakan bagaimana rumah sakit tempatnya bertugas selalu ramai dengan sekitar lima puluh kelahiran setiap hari, meski di tengah situasi yang serba kekurangan. Keterbatasan fasilitas dan peralatan medis membuat para tenaga kesehatan harus bekerja ekstra keras untuk memberikan pelayanan terbaik. Cerita ini memberikan pandangan baru bagi Bang Ichsan tentang keberanian dan ketabahan. Ia merasa beruntung bisa menjalankan tugasnya sebagai penyiar berita, Dirinya pun sedih harus berpisah engan kru lainnya, seperti Hafid Nai yang akan kembali ke kampung halamannya di NTT. Namun, bang Ichsan yakin bahwa dakwah melalui radio akan tetap berlanjut dan bahkan mungkin mencapai daerah-daerah terpencil seperti Papua, Kalimantan, dan Aceh.

Radio Silaturahim, yang berbasis wakaf, benar-benar beroperasi untuk kepentingan iman bersama. Setiap bulan, meskipun sering menghadapi tantangan keuangan, selalu ada keajaiban di akhir bulan. Saldo awal yang selalu kosong dapat diatasi berkat dukungan pendengar setia. Hampir 90% biaya operasional radio ditanggung oleh pendengar, menunjukkan betapa kuatnya solidaritas dan dukungan komunitas terhadap Radio Silaturahim. Tidak hanya dukungan finansial, tetapi juga doa dan semangat dari para pendengar yang menjadi bahan bakar utama operasional radio ini.

Bang Ichsan menutup ceritanya dengan rasa syukur dan harapan. Meskipun ia mengakui bahwa setiap hari ia melakukan beberapa kesalahan saat siaran, ia tetap merasa puas karena orang-orang masih menikmati siarannya dan merasa mendapat manfaat darinya. Bahkan ada anak kecil yang selalu mencatat kesalahannya, menunjukkan bahwa ia memiliki pendengar yang sangat perhatian. Anak tersebut bahkan sering mengirimkan surat yang berisi daftar kesalahan dan saran perbaikan, yang diterima Bang Ichsan dengan hati terbuka dan penuh syukur.

Dengan semangat dan optimisme, Bang Ichsan berharap bisa terus berbagi cerita dan inspirasi melalui siarannya. Semoga keajaiban dan dukungan dari pendengar tetap menyertai Radio Silaturahim, sehingga pesan-pesan kebaikan dan keimanan bisa terus tersebar ke seluruh penjuru negeri. Ia yakin bahwa dengan niat yang tulus dan kerja keras, segala tantangan dapat dihadapi dan diatasi, dan Radio Silaturahim akan terus menjadi suara yang menyatukan umat di tengah keberagaman.

By Admin

Mungkin Anda Juga Suka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *