Muallaf Fest 2023, KH Cholil Nafis: Islam Memberikan Ketenangan

Bogor, Rasilnews – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Cholil Nafis menjelaskan, kesenangan duniawi yang membuat jauh dari agama malah tidak memberikan ketenangan. Tetapi sebaliknya, semakin dekat dengan agama Islam, manusia akan merasakan ketenangan.

Hal itu ia sampaikan saat memberikan materi berjudul “Kenapa Banyak Orang Eropa Memilih Masuk Islam” pada acara Muallaf Fest 2023 yang digelar di Masjid Darussalam, Kota Wisata, Kabupaten Bogor, Sabtu (19/28/2023).

“Gelombang pertumbuhan Islam di Asia maupun di Eropa itu tinggi sekali dan tidak bisa dibendung karena ternyata mereka yang jauh dengan agama akan sadar bahwa yang membuat tenang itu agama (Islam),” ujar Kiai Cholil.

Ia menjelaskan, agama Islam ini merupakan nasihat dan petunjuk menuju jalan yang baik dan benar.

“Maka berbahagia teman-teman sekalian yang diberi hidayah oleh Allah. Kita jangan mengandalkan akal kita saja. Kita harus terus-menerus berdoa agar selalu diberi hidayah oleh Allah,” tuturnya dalam acara yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube Rasil TV.

Sebelumnya, Cholil menyampaikan soal islamofobia hingga LGBTQ yang marak terjadi di negara-negara Eropa.

“Saya keliling Eropa, mulai dari Belanda, Jerman, Austria, Prancis, Belgia menemukan juga orang yang menyebut Islam itu kayak kesannya seperti teroris. Itu ada. Jadi gak sedikit ya orang-orang yang ketakutan. Apalagi di Prancis yang masih fobia dengan orang pakai jilbab karena jilbab sebagai simbol agama. Dilarang berjilbab di sana, itu kan bagian dari Islamofobia,” ujarnya.

“Mereka ingin melepaskan diri dari agama dan mereka anggap agama mengganggu maka harus dilawan. Mereka menuhankan hak asasi manusia (HAM). Contohnya mereka kawin sejenis, nah ini LGBTQ. Yang gini-gini kalau kita melawan, dianggap kita yang enggak waras. Dianggap tidak menghormati hak asasi manusia,” sambung Cholil.

Cholil mengutip sebuah data dari penelitian internasional yang menyebutkan bahwa kesadaran beragama di dunia hanya 29 persen, karena rata-rata masyarakat saat ini ingin melepaskan agama dan tidak sedikit yang fobia terhadap Islam.

“Kemarin kami dalam seminar internasional yang diadakan oleh Nahdlatul Ulama, Dialog Antarbudaya dan Antaragama ASEAN atau ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) 2023, Pak Jokowi menyebutkan tentang data yang dikutip dari penelitian internasional, saya ambil kutipan datanya, bahwa di dunia ini kesadaran religi itu hanya 29 persen. Rata-rata mereka sudah mau melepaskan agama dan tidak sedikit yang islamofobia,” paparnya.

Namun, di saat yang bersamaan, kata Cholil, pertumbuhan umat Islam di Asia maupun Eropa semakin meningkat.

“Ini arus internasional tapi di saat bersamaan, di Eropa berjibaku seperti di Belanda, saya di Masjid Al-Hikmah, setiap minggunya ada dua tiga orang masuk Islam,” kata ulama sekaligus dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

“Saat Ramadhan saya ke Jepang. Dulu pertumbuhan hanya dua tiga masjid, sekarang sudah ada 500 masjid di Jepang. Jadi kami (MUI) mendorong kerja sama dengan Dubes (Duta Besar RI untuk Jepang) untuk orang-orang yang jadi imam di masjid sana. Imamnya itu mintanya dari kita (Indonesia),” ujar Cholil.

Di Indonesia sendiri, kesadaran beragama masyarakat mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2021.

Dalam Dialog Antarbudaya dan Antaragama ASEAN atau ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) 2023, kata Cholil, berdasar penelitian yang dikutip Presiden Jokowi menunjukkan kesadaran beragama di Indonesia saat ini mencapai 90 persen.

“Tahun 2021 berdasarkan penelitian dari Kemenag, itu 86 persen tingkat kesadaran beragama di Indonesia,” ungkapnya.

Sebagai informasi, menurut laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) bertajuk The Muslim 500 edisi 2023 menunjukkan, jumlah populasi muslim di Indonesia mencapai 237,55 juta jiwa. Jumlah ini merupakan yang terbanyak di kawasan negara-negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), maupun secara global.

Populasi muslim di Indonesia tersebut setara 86,7% dari total populasi di Indonesia.***