Tony Rosyid : HAM Indonesia Disoroti Amerika, Pertarungan Global Komunisme vs Kapitalisme
Pamulang, Rasilnews – Usai munculnya sorotan kementerian luar negeri Amerika Serikat (AS) terkait unlawful killing 6 laskar FPI di KM 50, pengamat politik Tony Rosid mengemukakan bahwa apa yang terjadi saat ini adalah sebuah pertarungan global antara Komunisme dan Kapitalisme.
“Kedua kekuatan tersebut mewakili ideologi Sosialis Komunis yaitu China, Rusia dan Ideologi Kapitalis diwakili Amerika Serikat dan NATO nya,” ujarnya dalam taping Sahur Bersama Tokoh (SBT), Senin (18/04).
Tony menegaskan ada pergeseran zona pertarungan, tidak lagi di Timur Tengah melainkan dikawasan Asia Tenggara,”Jadi konflik akan begeser ke wilayah natuna, dimana China, Rusia dan Iran akan bergabung melawan blok Amerika dan NATO nya.”
Walaupun perang Rusia dan Ukraina tengah berlangsung, namun menurut Tony pertarungan kedepan akan berada dikawasan, “Saya memprediksi Indonesia akan menjadi magnet pertarungan tersebut.”
“Di Indonesia untuk melakukan perlawanan pada komunisme maka Amerika akan menyatu pada umat Islam,” tandasnya. Karena itu disahkannya UU anti Islamfobia di Amerika adalah upaya Paman Sam mendekati negeri negeri muslim terutama Umat Islam di Indonesia.
“Kenapa Amerika mendekati umat Islam Indonesia, karena umat Islam dinegeri inilah yang paling banyak melawan agenda komunis apalagi Indonesia saat ini lebih dekat ke China,” tegasnya.
Sementara itu, Tinjauan Amerika terhadap persolan HAM yang terjadi di Indonesia mulai dari Aplikasi Peduli Lindungi, Tes Wawasan Kebangsaan hingga Tragedi Pembunuhan Laskar FPI di km 50 adalah upaya negosiasi Amerika, “Karena Indonesia dengan China sangat dekat dan kuat sekali, maka banyak persolan yang diangkat oleh Amerika,” ujarnya. Bagi Tony, itu adalah hal biasa dalam sebuah perjalanan politik global.
Hal ini terlihat jelas ketika Menlu Amerika periode Donald Trump datang ke Indonesia, “Saat itu Mike Pompeo mengunjungi Ormas Islam terbesar di Indonesia, meminta agar jangan terlalu dekat ke China,”ujarnya.
Menurut hemat Tony, Indonesia harus mampu menjaga persahabatan antar kedua negara, dengan tetap memperhatikan politik yang bebas dan aktif.