Narasumber Ustaz Husein Alattas
Rasilnews – Nabi Muhammad shallallahi alaihi wasallam dan para nabi mengajak seluruh umat muslim untuk saling menyayangi dan menghormati satu sama lain. Seperti orang yang kuat membantu orang-orang yang lemah, yang kaya membantu yang miskin dan yang berilmu mengajarkan ilmunya tidak saling berbuat aniaya satu sama lain.
Orang orang yang mengabaikan saudaranya yang lemah termasuk kedalam golongan orang yang tidak beriman. Rasulullah shallallahi alaihi wasallam bersabda:
مَن لَمْ يهتَمَّ بأمرِ المُسلِمينَ فليس منهم
“Barangsiapa yang tidak peduli urusan kaum Muslimin, Maka Dia bukan golonganku.” (Al-Hadits).
Sudah sepatutnya kita sebagai umat muslim untuk saling membantu dan menguatkan satu sama lain, dalam sebuah Hadist Rasulullah menggambarkan orang beriman seperti sebuah bangunan yang saling topang menopang. Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Sungguh mukmin yang satu dengan mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain (HR. Bukhari).
Dari Abdullah ibn Umar radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Rasulullah shallallahi alaihi wasallam bersabda:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Barang siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barang siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat. (HR. Bukhari).
Nilai-nilai kemanusiaan ini sangat ditekankan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an, oleh karena itu pelanggaran terhadap kehormatan Manusia bisa menghancurkan keimanan dan keislamannya hingga tidak diakui oleh Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai orang-orang beriman.
Orang beriman bilang melakukan perbuatan yang melanggar seperti menganiaya saudaranya, namanya akan berubah manjadi seorang fasik. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman.
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ . فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ . وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ . فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ . الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ . الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ . وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ .
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?, maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat ria, dan enggan (memberikan) bantuan.” (QS Al-Maun[107])
Dalam QS Al-Maun menjelaskan tentang sifat seseorang yang mendustakan agama, lalai dalam sholat, dan berbuat riya.
Maka kecelakaan bagi orang orang yang sholat, yang mengerjakan sholat tapi lalai dari pesan-pesan hilang mereka. Bahwa makna yang dimaksud ialah orang-orang munafik yang mengerjakan shalatnya terang-terangan, sedangkan dalam kesendiriannya tidak shalat.
إِنَّ أَحَبَّكُمْ إليَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا، أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إليَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَنْزِلًا فِي الْجَنَّةِ مُسَاوِيكُمْ أَخْلَاقًا، الثَّرْثَارُونَ الْمُتَشَدِّقُونَ الْمُتَفَيْهِقُونَ”
“Sesungguhnya orang yang paling aku sukai dari kalian dan paling dekat kedudukannya denganku adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dari kalian dan paling jauh kedudukannya dariku di surga nanti adalah orang-orang yang paling buruk akhlaknya, yaitu orang-orang yang banyak bicara, suka membual (menyakiti orang lain melalui lisannya), lagi angkuh.” (HR. Tirmidzi).