Meena Asadi : Pengungsi Tangguh Asal Afghanistan Dengan Banyak Prestasi, Raih Penghargaan Dari Taiwan

Jakarta, Rasilnews – Menjadi seorang pengungsi di negara lain tidaklah mudah, karena semuanya serba terbatas. Namun hal itu tidak berlaku bagi seorang pengungsi asal Afghanistan Menna Asart. Ia menerima penghargaan dari Chou Ta-Kuan (CTK) Cultural and Educational Foundation yang bekerjasama dengan Taipei Economic and Trade Office (TETO). Menna Asart Pemenang Penghargaan Cinta Hidup kepada pejuang karate Meena Asadi pengungsi Afghanistan di Indonesia yang pernah mewakili  Indonesia, Afghanistan dan Pakistan mengikuti perlombaaan kejuaraan karate.

Tahun ini, Chou Ta-Kuan (CTK) Cultural & Educational Foundation memilih 22 orang pemenang penghargaan dari jumlah total  3124 peserta yang direkomendasi dari seluruh dunia. Menna Asart terpilih sebagai pemenang atas dedikasinya menorehkan beberapa prestasi dibidang bela diri karate dan juga sebagai pendiri dan pelatih Cisarua Refugee Shotokan Karate Club. Murid yang mengikuti latihan karate yang ia dirikan semenjak 2016 lalu tidak hanya berasal dari Imigran asal Afghanistan, namun juga warga Indonesia.

“Hari ini merupakan suatu kehormatan besar bagi saya untuk mempersembahkan penghargaan ini kepada Meena Asadi. Dia telah memberikan contoh yang baik dalam menjalankan hidup yang terbaik,” kata Kepala TETO John Chen saat memberikan sambutan usai meberikan penghargaan kepada Meena.

Meena Asadi adalah salah satu pengungsi Afghanistan di Indonesia, yang sudah tinggal selama delapan tahun di Cisarua, Bogor. Ia melatih anak-anak pengungsi di tempatnya bernaung seni bela diri karate.

Pengungsi negara-negara konflik yang singgah di Indonesia tidak diperbolehkan bekerja dan sekolah. Meena Asadi pun memutuskan untuk mendirikan klub karate pada 2016 untuk mengisi waktu luang para anak-anak pengungsi, bernama Cisarua Refugee Shotokan Karate Club (CRSKC).

“Pengungsi di Indonesia tidak memiliki akses terhadap hak asasi manusia mereka seperti pendidikan, pekerjaan dan perjalanan, dan mereka menghabiskan lebih dari sepuluh tahun dalam keadaan tidak pasti. Mereka menghadapi depresi, mental” Ujar Meena dikantor TETO Jakarta, (25/01).

Meena menuturkan bahwa banyak Kegelisahan dan tantangan yang dialami oleh para pengungsi asal Afghanistan.  “17 pengungsi telah melakukan bunuh diri karena situasi sulit mereka,” tandasnya.

“Terinspirasi oleh puisi & cnoti TaKuan yang indah ini, kita harus memberi mereka harapan dan kepercayaan agar mereka mencintai hidup mereka. Dan menghargai hidup mereka dan berjuang untuk mereka, saya telah berhasil semaksimal mungkin dengan mengajar mereka,” tambahnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *