Nabi Sulaiman dan Ratu Semut

Rabu, 23 Ramadhan 1445 H/ 3 April 2024

Banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari pengalaman para Nabi. Salah satunya Nabi Sulaiman Alaihissalam yang punya ilmu luar biasa, harta banyak, bahkan kerajaan zaman itu tidak ada tandingannya. Seorang raja yang tidak ada terbersit sedikitpun kesombongan. Raja yang selalu bersyukur dengan nikmat yang ada. Dia pun sangat respek dengan seruan Ratu Semut yang menyayangi rakyatnya. Hal ini terdapat dalam Alquran Surat An-Naml ayat 17-19.

“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib. Ketika mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”; Maka Sulaiman tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”

Berpijak pada ayat ini, dikisahkan nabi Sulaiman Alaihissalam terkenal sebagai seorang yang sangat cerdas dan kaya raya. Ia memiliki istana yang berkilauan emas permata. Selain itu, Allah SWT menganugerahkan hikmah ilmu kepadanya, sehingga keberkahannya mencerahkan. Beliau menjadi nabi yang saleh, adil dan bijaksana. Beliau juga terkenal sebagai raja yang sangat sayang kepada rakyatnya bahkan terhadap seluruh makhluk ciptaan Allah termasuk kepada sekumpulan semut yang lemah.

Pada suatu hari Nabi Sulaiman Alaihissalam melakukan perjalanan ke daerah Thaif. Dalam perjalanan itu, beliau membawa pasukan yang sangat banyak. Pasukan itu terdiri atas manusia, jin, dan burung-burung. Jin dan manusia berjalan bersama Nabi Sulaiman Alaihissalam, sedangkan burung-burung terbang dengan sayapnya. Pasukannya di bagian depan bertugas menjaga agar tidak ada yang melewati batas yang telah ditentukan. Pasukan di belakang bertugas menjaga agar tak ada seorang pun anggota pasukan yang ketinggalan. Di tengah perjalanan, Nabi Sulaiman Alaihissalam dan pasukannya memasuki sebuah lembah. Di lembah itu ada banyak sarang semut. Melihat banyaknya pasukan yang dibawa Nabi Sulaiman Alaihissalam, para semut pun ketakutan. Mereka khawatir terinjak-injak pasukan besar itu.

Ratu Semut yang dalam satu riwayat diterangkan bernama Jirsan langsung antisipasi. Jirsan adalah Ratu Semut yang berasal dari Bani Syishibban. Berkatalah Ratu Semut kepada rakyatnya, ”Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS. an-Naml: 18). Ayat Ini mengandung makna sayangnya ratu semut agar rakyatnya tidak menderita. Dia rela menderita asal rakyatnya senang. Nabi Sulaiman Alaihissalam kemudian meminta pasukannya untuk berhenti. Para pasukan yang tak mengerti maksudnya menjadi kebingungan dan bertanya-tanya. Nabi Sulaiman Alaihissalam menjelaskan apa yang beliau dengar dari Ratu Semut dan rakyatnya. Akhirnya, mereka mencari jalan lain untuk sampai ke tujuan agar tidak menyakiti para semut.

Kisah tersebut diambil dari kitab Qashasul Anbiya’ karya Ibnu Katsir. Dari cerita ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Nabi Sulaiman Alaihissalam adalah sosok Nabi yang tidak pernah lupa bahwa segala kekayaan, ilmu, dan keistimewaan yang beliau miliki berasal dari Allah SWT. Nabi Sulaiman Alaihissalam dapat memahami rasa takut dan khawatir yang dialami para semut. Karenanya, ia kemudian mengajak pasukannya untuk mencari jalan lain. Para semut pun akhirnya selamat. Karena kebijaksanaannya itu, para semut pun kagum dan hormat kepada Nabi Sulaiman Alaihissalam .

Hikmah penting dari kisah Nabi Suliman Alaihissalam dan Ratu Semut ini adalah jauhi kesombongan karena kesombongan akan menjauhkan dari kebijakan. Nabi Sulaiman Alaihissalam dan Ratu Semut yang sangat sayang kepada rakyatnya menjadi pelajaran dan inspirasi kepada para penguasa untuk lebih mengedepankan kepentingan rakyatnya. Menyukuri nikmat Allah adalah pelajaran penting yang dicontohkan oleh nabi Sulaiman Alaihissalam. Walaupun beliau banyak keistimewaannya tetapi tetap tawadu kepada Allah, selalu mendoakan orang tuanya dan tidak menampakkan kesombongan.

Di zaman seperti ini kita merindukan pemimpin yang sangat sayang kepada rakyatnya. Pemimpin yang amanah dan punya visi untuk menebar kebaikan, kasih sayang bukan kebencian dan ketakutan. Pemimpin yang seperti ini akan menjadikan negara menjadi berkah. Keberkahan akan melindungi semua dan hilangnya fitnah, berkurangnya musibah, hingga penuh dengan keamanan dan ketertiban. Hal ini seperti pelajaran yang dapat diambil dari zaman para nabi dan orang-orang saleh. Karena dibalik semua itu ada hikmah dan pelajaran untuk kita sebagai orang yang beriman.

Wallahu ‘Alam Bishawab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *