Ramadhan Hemat, Mubazir Lewat!

Artikel Hidayatullah.com

RAMADHAN tiba. Dalam banyaknya keistimewaan di bulan ini, penting bagi kita semua, memastikan tidak menyia-nyiakan waktu meraih pahala dan lebih berfokus pada ibadah. Jika kita ingin mendapat berkah dan pahala di bulan yang mulia ini, maka kita tidak hanya perlu menjaga hubungan kita dengan Allah SWT, juga perlu memastikan hubungan kita dengan orang lain, juga dengan lingkungan kita agar terjaga. Ketiga dimensi silaturahmi ini perlu dijaga karena merupakan bagian dari tanggung jawab kita kepada Allah SWT.

Sudah menjadi hal yang lumrah setiap bulan Ramadhan, ada sunah berbuka dan Iftar. Setiap Ramadhan kita dihibur dengan aneka hidangan makanan dan minuman yang warna-warni. Ya, setelah itu, kita tergoda ‘membeli’ banyak makanan, bahkan lebih banyak dari biasanya. Puasa yang maknanya harus menahan diri (baik dari makan, minum dan syahwat) sebaliknya justru menjadi ‘bulan belanja’. Terkadang dalam kegembiraan menyambut bulan mulia ini kita lupa bahwa telah melakukan pemborosan.

Padahal Allah SWT sangat tidak menyukai perbuatan ini. Larangan tergadap sikap boros dan mubazir telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya; “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Surat Al-Isra Ayat 26-27). Di bulan Ramadhan tahun ini, sudah seharusnya kita menentukan pilihan untuk berbuka puasa dan beribadah secara berkelanjutan sesuai dengan adab dan akhlaq Islam.

Mengenai rekor pemborosan, banyak penelitian mengungkap Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat pemborosan makanan yang cukup tinggi di dunia. Hasil kajian Badan Pangan Dunia (FAO), yang menunjukkan sepertiga bahan pangan yang diproduksi dunia, terbuang dan menjadi sampah. Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional mengatakan satu orang Indonesia dalam setahun bisa menghasilkan sampah makan hingga 150 kg per kapita. Kajian Bappenas, Waste4Change, World Research Institute (WRI) didukung UK-FCDO menemukan, sampah makanan yang terbuang di Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara 115-184 kilogram per kapita per tahun.

Bahkan hasil analisis “Kompas” menemukan, nilai sampah makanan di Indonesia mencapai Rp 330 triliun pertahun. Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), sampah makanan menyumbang hingga 41,1% persen dari 28,8 juta ton sampah di Indonesia. Meningkatnya jumlah sampah organik yang berasal dari sisa makanan dapat menimbulkan masalah serius bagi ekosistem lingkungan. Selain berkontribusi secara tak langsung terhadap pemborosan energi, sisa makanan yang menumpuk dan membusuk di tempat pembuangan akhir (TPA) menghasilkan gas metana yang merupakan salah satu penyebab pemanasan global.

Karena itulah Badan Pangan Nasional (Bapanas) bekerja sama dengan pegiat pencegahan food waste telah menggalakkan proses pembudayaan, pemberdayaan, dan sekaligus mengingatkan kembali kepada seluruh masyarakat di Indonesia agar tidak melakukan pemborosan makanan. Sehubungan dengan itu, firman Allah SWT dalam Surat al-A’Raf ayat 31 harus digunakan sebagai pengingat, “Hai anak Adam! Kenakan pakaian Anda yang dihias dengan indah setiap kali Anda pergi ke tempat ibadah (atau berdoa), dan makan dan minum, dan jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Menjadi suatu kerugian besar jika sikap kita terhadap sampah makanan tidak sejalan dengan keinginan ajaran Islam. Bulan Ramadhan sebenarnya memberikan wadah bagi kita untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT. Karena Ramadhan sudah mulai kita jalani, sebaiknya kita mempersiapkan diri tidak hanya fokus pada berbagai ibadah. Dan yang penting kita harus bertekad tahun ini membudayakan Ramadhan tanpa pemborosan.

Ramadhan kali ini harus lebih mampu kendalikan nafsu dan keinginan. Tidak hanya saat berpuasa kita perlu menahan nafsu dan keinginan, tapi juga saat berbelanja kebutuhan. Hindari membeli makanan berbuka puasa terlalu banyak lalu membuangnya karena tidak dimakan, ini pemborosan. Karena itu, jangan membeli sesuatu karena untuk memenuhi keinginan dan nafsu kita. Apalagi hanya untuk pamer ke orang lain.

Langkah-langkah membudayakan Ramadhan tanpa pemborosan ini merupakan bentuk ibadah umum yang mewujudkan terjaganya hubungan kita dengan alam. Hal ini pada gilirannya dapat mendekatkan kita kepada Allah SWT dan meningkatkan ketakwaan kita.

Wallaahu a’lam bisshawaab