Rabu, 4 Rabiul Awwal 1445 H/ 20 September 2023
“Ulama adalah pewaris Nabi”, demikianlah hadist yang diriwayatkan At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu‘anhu. Di samping itu, Ulama adalah pewaris perbendaharaan ilmu agama. Melalui Ulama pula, umat Islam terpelihara kemurnian agamanya dan menjadikan rujukan umat dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan pemahaman syariat.
Dihadapan para sahabat, Nabi Muhammadﷺ menjelaskan bahwa Allah SWT tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hambanya, akan tetapi Allah SWT mecabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga tidak menyisakan seorang alim pun, hingga orang orang pada saat itu mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh dan mereka berfatwa tanpa dasar ilmu hingga mereka sesat dan menyesatkan.
Ulama yang hadir di tengah tengah umat saat ini adalah rahmat dan barakah dari Allah SWT, dan meninggalnya seorang alim akan membuat umat kebingungan dalam mencari pegangan. Pun kini, para ulama semakin langka, bahkan generasi muda yang bercita-cita ingin menjadi ulama juga semakin sedikit.
Lalu marilah kita tanyakan kepada anak-anak kita, generasi penerus agama ini, tanyakan kepada mereka lebih hafal nama-nama tokoh ulama atau artis dunia, mungkin kita sudah tau jawabannya. Lalu apakah ini menjadi salah mereka sebagai generasi penerus Islam, jawabnya tidak! bisa jadi ini adalah salah kita sebagai orang tua yang kurang mengenalkan para tokoh ulama kepada anak-anak kita.
Anak-anak kita saat ini tidak tahu bagaimana kisah penelusuran hadist dari seorang Imam Bukhari yang mengembara dari dataran Eropa menuju kota Madinah! Atau bagaimana perjuangan para Walisongo yang mengislamkan Nusantara dengan hikmah dan teladan yang baik atau para Ulama, Kyai dan santri dalam merebut kemerdekaan bangsa ini dan mempertahankannya.
Gelar predikat Ulama bukan karena penampilannya, berjenggot lebat atau memakai jubah dan sorban di kepala. Namun ulama adalah orang berilmu yang takut hanya kepada Allah SWT, takut dengan larangan-Nya. Allah SWT berfirman dalam Alquran surat Fatir ayat 8, “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
Ikhwan Akhwat
Membahas tentang keberadaan ulama dan dakwahnya di masa kini, Ustadz Husein Alatas selalu mengingatkan, walaupun ulama yang ikhlas berjuang semakin sedikit tapi sejarah selalu membuktikan begitu banyak pasukan yang kecil dapat mengalahkan pasukan yang besar. Apalagi jika kita berangkat dari Alquran Surat At-Taubah ayat 33 yang berbunyi “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Alquran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai”.
Ketahuilah bahwa salah satu hal yang di risaukan oleh baginda Rsulullahﷺ adalah ketika umat Islam jauh dari Ulama dan lebih mencintai kehidupan dunia fatamorgana atau hubbuddunya. Inilah penyebab kehancuran umat. Sebuah penyakit yang sangat berbahaya karena dapat melemahkan dan mengikis habis keimanan kita kepada Allah SWT.
Dan yang lebih parah adalah ketika hadir di tengah-tengah umat para ulama yang mengajak kepada sektarian, bangga akan bergolong-golongan dan merasa lebih baik dari umat yang lain. Atau saling menjelekkan sesama ulama hingga akhirnya umat yang seharusnya di pandu dalam kebenaran menjadi beringas dan siap menerkam siapa saja yang berseberangan dengannya. Yang paling mengerikan adalah ketika adu domba menjadi proyek di tengah-tengah umat seagama dan beragama demi sebuah kepentingan, apalagi di tahun politik. Padahal apa yang mereka perbuat kelak nanti akan di mintai pertanggungjawaban di hari pengadilan.
Sementara persatuan ummat adalah kultur yang diajarkan oleh para Ulama dan Kyai yang hadir lebih awal di negeri ini. Sejak Nusantara berdiri hingga menjadi negara Indonesia. Negara yang terdiri dari berbagai suku dan banyak bangsa, juga Kekayaan alam yang tak ternilai. Ulama bangsa ini mengajarkan bahwa tanpa persatuan niscaya tidak ada Indonesia, tanpa persatuan tidak akan dicapai masa depan yang cerah.
Wallahu A’lam bishshawwab